Sikap dan Perilaku Remaja

Sikap dan Perilaku Remaja

sikap dan perilaku

Kadang-kadang remaja nampak “besar kepala” sebagai suatu usaha untuk meyakinkan orang bahwa mereka lebih percaya diri dari pada yang dia rasakan. Rasa percaya diri ini perlu dibangun, namun seringkali orang dewasa disekitar mereka berusaha merendahkan perasaan ini dengan mengatakan “Dia besar kepala”, “Dia sok jagoan”, “Dia Sombong”  dan lain-lain. Umumnya orang perlu merasa dirinya baik. Cara seseorang memandang dirinya sangat mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Remaja yang mempunyai “harga diri” tinggi akan berpikir positif tentang dirinya, sehingga mereka lebih berprestasi di sekolah, mungkin lebih kompetitif, cenderung banyak teman, dan merasa sanggup menjalani kehidupannya. Orang tua yang suka mengeritik atau menghukum akan memberikan kesan bahwa mereka tidak menghargai anak, akibatnya anak akan menyerap pandangan negatif itu terhadap dirinya, sehingga dia tidak memiliki rasa percaya diri.

Remaja yang mempunyai harga diri sangat rendah seringkali tak dapat menyesuaikan diri. Remaja yang suka marah, merusak disekolah, atau melakukan kenakalan, cenderung mempunyai harga diri yang rendah sehingga berisiko menyebabkan ketergantungan pada NAPZA. Depresi juga berkaitan dengan harga diri yang rendah karena merasa tak berdaya menghadapi kesulitan dalam kehidupan, Kepercayaan bahwa mereka berguna dan cukup dicintai dapat membangun harga diri seorang anak. Harga diri biasanya berkembang dimasa remaja. Mereka yang punya harga diri biasanya berasal dari keluarga yang menghargai keberhasilan anak dan mendorong untuk mengambil keputusan serta diberi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri

Sedangkan perubahan sosial pada masa remaja merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit, yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosial. Pada perubahan sosial ini, remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis (atau sesama jenis) dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Pada masa remaja juga ditandai dengan menonjolnya kerja kelenjar seks dengan aktif sehingga tampak dari perubahan tingkah lakunya, seperti misalnya cinta birahi terhadap jenis kelamin lain, terjadi mimpi basah yaitu bermimpi bersanggama yang mana saat itu anak remaja mulai merasakan orgasme (Willis 1994). Sebenarnya pada masa pubertas hal ini sudah ada bahkan ini merupakan ciri biologi awal pada masa remaja khususnya laki-laki. Menurut Sarwono (1994), pada remaja perempuan biasanya ditandai dengan masa mentruasi yang terjadi pada setiap bulan, dan masa tersebut diikuti dengan pertumbuhan payudara yang membesar.

Pada umumnya remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua dan lebih memilih teman-temannya. Debesse (dalam Monks, 2001) berpendapat bahwa remaja sebetulnya menonjolkan apa yang membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya. Originalitas merupakan sifat khas pengelompokkan anak-anak muda.

Meskipun usaha ke arah originalitas pada remaja tersebut pada satu pihak dapat dipandang sebagai suatu pernyataan emansipasi sosial, yaitu pada waktu remaja membentuk suatu kelompok dan melepaskan dirinya dari pengaruh orang dewasa, pada lain pihak hal ini tidak lepas dari adanya bahaya terutama bila mereka lalu bersatu membentuk kelompok. Dalam tiap kelompok kecenderungan kohesi atau keterikatan bertambah dengan bertambahnya frekuensi interaksi (Homanas dalam Monks, 2001).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *