Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 2008 memberi ruang lebih bagi komunitas waria untuk mengekspresikan kemampuan melalui seni. Mereka tampil dalam pementasan teater sebagai penutup rangkaian acara FKY 2008. Teater berjudul ‘Deleilah, Tak Ingin Pulang dari Pesta’, disutradai Joned Suryatmoko menampilkan sosok waria sebagai tokoh utama.

Secara keseluruhan, pementasan ini menampilkan kompleksitas permasalahan waria. Kisah traumatik masa lalu dapat mengubah kehidupan mereka, seperti pelecehan seksual, kekerasan dari orangtua, dan diskriminasi dari teman sebaya. Terjebak dalam ketidakjelasan identitas seksual, tubuh laki-laki memiliki jiwa seorang perempuan, mereka bertahan dan melanjutkan hidup. Panggung hiburan, jalanan sunyi, serta kekerasan aparat dan preman menjadi kehidupan keseharian. Mereka tetap bertekad memperjuangkan hak-haknya sebagai bagian dari masyarakat.

Menurut Joned Suryatmoko, dalam pementasan teater menjadikan waria sebagai ruh teater, baik sebagai pemain, tema cerita, hingga perspektif yang digunakan. Cerita waria ditampilkan dari sisi lebih humanis. Meski awalnya agak susah, dengan tekad dan disiplin tinggi, berhasil mengasah kemampuan akting teman-teman waria yang belum pernah terjun di dunia teater. Pertunjukan ini sebagai upaya memperlihatkan waria memiliki kapasitas sebagai seniman panggung. “Pementasan ini bukan hanya sebagai sebuah bentuk kampanye, namun bagaimana nantinya masyarakat dapat menerima keberadaan waria,” katanya.

Pementasan teater cukup mewakili gambaran kehidupan waria. Terlepas dari teater sebagai pertunjukan hiburan, diharapkan ada perubahan cara pandang masyarakat terhadap komunitas waria. Masyarakat masih menganggap waria sebagai sebuah bentuk ‘penyimpangan’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *