Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) bekerja sama dengan PKBI DIY dan Lembaga Kajian Islam Sosial (LKiS) menyelenggarakan launching dan diskusi buku “Hari-Hari Salamander” pada Selasa (5/2/2013). Buku antalogi cerita pendek ini merupakan bentuk apresiasi tinggi terhadap eksistensi perempuan Indonesia yang diwakili dengan penceritaan pikiran, perjuangan, dan gagasan sepuluh pengarang. Hari-Hari Salamander berusaha mengungkapkan problematika perempuan secara umum lewat karya sastra fiksi.
Bertempat di pendopo LKiS, bedah buku “Hari-Hari Salamander” dimoderatori oleh Eko Santoso dari Studio Teater Yogya dengan narasumber representatif lintas gender, yakni A. Rahmayani, Shinta Ratri, dan M. Subkhi Ridho. Dalam salah satu komentarnya, Shinta Ratri mengatakan, “Sefiksi-fiksinya buku ini, Hari-Hari Salamander adalah ungkapan hati perempuan.”
Ditambahkannya pula, meskipun buku ini menggambarkan keberadaan perempuan, namun ada beberapa isu perempuan yang belum terbongkar secara mendalam, seperti perempuan dengan agamanya, perempuan dengan identitas seksualnya atau perempuan dengan pengalaman aborsi dan kehamilan tidak diingginkan.
Dalam kesempatan launching ini, lima dari sepuluh pengarang perempuan hadir dan membacakan nukilan cerpennya masing-masing, yaitu Mita, Lisa, Gayatri, One, dan Dino yang mewakili Ni Putu Rastiti. Acara diawali dengan pemutaran film bertemakan HIV & AIDS di kalangan ibu rumah tangga, “Selalu Ada Matahari”, yang diproduksi oleh PKBI DIY. Kemudian dilanjutkan dengan suguhan dari Daan Gautama dan Ari Rudenko dari ISI Bali yang menampilkan musik dan tari kontemporer, “Young Body Old Body”.