Weinberg mengartikan homophobia sebagai ketakutan terhadap homoseksual dan bentuk-bentuk lain yang menunjukkan keintiman dua jenis kelamin yang sama (Allgeier, 1991). Sedangkan Transphobia adalah ketakutan dan kebencian, atau perasaan yang sangat tidak nyaman dengan orang – orang yang memiliki identitas gender dan ekspresi gender yang tidak sama dengan yang diharapkan atau dipakemkan oleh budaya tertentu.
IDAHOT (International Day Against Homophobia and Transphobia) pertama kali diperingati pada tahun 2004. IDAHOT menjadi moment dimana semua orang dapat memanfaatkannya dengan mengambil tindakan untuk memerangi fobia terhadap keberagaman ekspresi gender, identitas gender dan orientasi seksual.
Peringatan IDAHOT jatuh setiap tanggal 17 Mei. Tanggal ini dipilih untuk mengingatkan pada keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena tanggal 17 Mei 1990 secara resmi mengeluarkan homoseksual-transgender sebagai gangguan kejiwaan (bukan penyakit).
Putusan itu berdasarkan putusan dari Asosiasi Psikologi/Psikiatri di seluruh dunia, yang sudah mengeluarkan homoseksual maupun transgender sebagai gangguan kejiwaan. Sedangkan di Indonesia melalui Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) III tahun 1993. Kementerian Kesehatan RI juga sudah mengeluarkan homoseksual sebagai gangguan kejiwaan. Moment itulah yang kemudian pada tanggal 26-29 Juli 2006 dalam sebuah konferensi International di Montreal-Kanada tentang seksualitas untuk memutuskan 17 Mei diperingati sebagai hari melawan Homophobia–Transphobia di seluruh dunia.
Adapun tujuan dari peringatan IDAHOT ini adalah untuk menarik perhatian secara internasional dari pembuat kebijakan, figur berpengaruh, pergerakan sosial, masyarakat umum, dan media agar peduli terhadap LGBTI yang kerap menjadi korban kekerasan dan perlakuan diskriminatif.
Selama sepuluh tahun terakhir IDAHOT menjadi momen paling penting bagi kelompok LGBTI untuk memobilisasi pergerakannya dalam tataran global. Hari tersebut menjadi tonggak sejarah untuk menarik perhatian para pengambil keputusan, masyarakat, figur berpengaruh dan otoritas lokal pada situasi mengerikan yang dialami oleh kelompok LGBTI dan semua orang yang tidak mau mengikuti norma gender dan seksual arus utama.
Saat ini IDAHOT dirayakan di lebih dari 130 negara, termasuk 37 negara yang menyatakan pernikahan sejenis illegal, dengan 1600 dari 1280 organisasi pada tahun 2014. Mobilisasi ini menyatukan jutaan orang untuk mendukung pengakuan bahwa hak asasi manusia milik semua, terlepas apa orientasi seksual, identitas dan ekspresi gendernya.
Setiap tahun para aktivis dari seluruh dunia memilih satu tema yang mereka rasa harus mendapatkan prioritas perhatian. Untuk tahun 2016, dipilih tema “Mental Health and Well Being (Kesehatan Mental dan Kesejahteraan)”. IDAHOT tahun ini dapat menjadi ruang refleksi untuk menyikapi keberagaman dalam kerangka penghormatan terhadap kemanusiaan.
Sumber :