Seperti yang kita ketahui, bahwa organ reproduksi yang dimiliki perempuan dan laki-laki jauh lebih sensitif yang dimiliki perempuan. Dari sebagian besar letak organ reproduksi perempuan berada di dalam, juga strukturnya yang terdiri dari jaringan yang lembut sehingga rentan untuk mengalami perlukaan dan tidak jarang berujung menjadi infeksi. Ini yang mengakibatkan perempuan menjadi rentan terhadap IMS.
Selain dari bentuk dan struktur organ reproduksinya, perempuan menjadi lebih rentan untuk mengalami IMS karena peran perempuan yang masih dianggap sebagai lapis kedua, berada di bawah laki-laki. Ketidakadilan gender dan budaya patriarki yang masih sangat kuat mengakibatkan laki-laki mempunyai kekuasaan penuh terhadap perempuan, sehingga tidak jarang memunculkan angapan bahwa perempuan adalah milik laki-laki yang bisa diperlakukan sesuai kehendak laki-laki.
Contoh akibat adanya ketidakadilan gender atau budaya patriarki yang kuat yang berujung perempuan mengalami IMS adalah pemaksaan hubungan seksual pada perempuan ketika pacaran. Tidak jarang, pada saat pacaran terjadi pemaksaan hubungan seksual terhadap remaja perempuan. Ketika pacaran, ada rasa kepemilikan dari laki-laki terhadap pacarnya, sehingga memunculkan anggapan laki-laki berhak memperlakukan pacar perempuannya sesuai dengan kehendaknya. Pada saat hubungan seksual saat kondisi belum siap, vagina perempuan tidak mengalami lubrikasi. Ketika dipaksakan untuk melakukan penetrasi, akan beresiko untuk mengalami perlukaan sekecil apapun di alat reproduksi perempuan. Luka sekecil apapun ini yang kemudian beresiko untuk terjadinya Infeksi. Karena bentuk dan struktur alat reproduksi perempuan yang terletak didalam, biasanya baru ketahuan setelah infeksi yang dialami sudah parah. Dan yang harus diperhatikan juga adalah, resiko untuk mengalami kanker mulut rahim bagi remaja perempuan ketika aktif seksual dibawah usia 20 tahun.