mran

Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jumlah kumulatif kasus HIV di Indonesia berdasarkan data terakhir tahun 2015 telah tercatat sebanyak 167.350 dengan jumlah tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 35,8%. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, angka penderita HIV hingga akhir 2014 sebanyak 616 orang dan penderita AIDS berjumlah 222 orang, sedangkan pada 2015 sampai saat ini jumlah penderita HIV sebanyak 688 orang dan penderita AIDS sebanyak 262 orang. Bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS di Bantul karena pihaknya melalui petugas kesehatan puskesmas secara rutin  melakukan VCT (Voluntary Conseling And Testing) dan pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual) untuk mengetahui penderita itu.

Dari data yang diperoleh berdasarkan survailans tes HIV kementerian kesehatan, DI Yogyakarta menduduki peringkat ke 14, namun jelas bahwa HIV/AIDS bukanlah masalah sederhana. Di Yogyakarta penyebarannya telah mencapai tahap yang sangat kritis. Kita dapat membuat praduga bahwa bisa saja ada banyak kasus HIV/AIDS yang belum dilaporkan di Yogyakarta dan umumnya penderita yang terinfeksi virus HIV lebih tinggi dibandingkan jumlah kasus AIDS yang diketahui. Menurut Kemenkes mengatakan bahwa jumlah kasus terinfeksi HIV/AIDS hingga 2015 akan terus bertambah. Hal ini berlaku sesuai prinsip fenomena gunung es. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak atau yang dilaporkan hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan. Sungguh ironi. Mengingat pentingnya realita sosial seputar HIV/AIDS di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Kelompok umur muda (usia 15-29 tahun)  merupakan kelompok ODHA terbesar di DIY sampai Tahun 2014, yakni sebesar 1009 (36%%) dari 2809 ODHA.

Berdasarkan ilustrasi di atas, terdapat korelasi antara program  kerja PKBI Cabang Bantul yang pada gilirannya akan melahirkan generasi penerus sebagai generasi berencana yang agamis, humanis, ramah remaja, professional, berkomitmen dan berkarakter yang dapat memutus lingkaran patologis sosial dan turut berkontribusi terhadap perencanaan pembangunan Indonesia di masa depan lebih baik. Malam Renungan AIDS Nusantara merupakan kegiatan kemasyarakatan yang diselenggarakan setiap tahun (biasanya dalam bulan Mei) secara serentak di seluruh dunia. Di Indonesia kegiatan ini sudah ada semenjak tahun 1991, namun baru pada tahun 1996 penyelenggaraan MRAN menjadi meluas hampir ke seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan yang bersifat non politis, mengajak semua orang untuk sementara waktu melupakan kesibukannya dan melakukan renungan AIDS. Malam Renungan AIDS Nusantara ini bertujuan untuk menyatukan semua orang dalam memikirkan dan merenung epidemi AIDS yang sudah banyak mengambil nyawa manusia di dunia. Dengan MRAN ini kita diajak juga untuk memberi dukungan kepada orang dengan HIV/AIDS (Odha) dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Ohidha). Melalui renungan AIDS kita diajak bukan saja untuk peduli terhadap masalah AIDS tetapi melalui renungan kita diajak untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan. Jadi MRAN bisa mengubah penderitaan menjadi tekad dan tindakan yang membawa perubahan.

Maksud dan tujuan melaksanakan kegiatan ini adalah untuk Memberikan dukungan dan semangat kepada ODHA, merenungkan epidemi AIDS dan melibatkan komunitas sebagai agen perubahan. MRAN 2016 ini PKBI Cabang Bantul mengambil tema Support ODHA and Save Our Future yang akan dilaksanakan pada:

 

Hari/Tanggal   : Jumat, 20 Mei 2016

Waktu             : 14.00-21.00 WIB

Tempat            : Pendopo Parasamya Bantul

Kegiatan ini akan menghadirkan narasumber yaitu,

No. Narasumber Pokok Bahasan
1. KPA Bantul

 

Paparan data situasi HIV dan AIDS di Kabupaten Bantul
2 PKBI Membangun cara pandang, sikap dan perilaku positif dan pehapusan stigma terhadap ODHA.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *