Body art, menghias tubuh manusia dengan tattoo (dan juga piercing), sudah dilakukan berabad-abad silam bahkan jaman Sebelum Masehi. Setiap kebudayaan mengembangkan jenis body art yang unik dan istimewa. Di Indonesia tradisi body art juga memiliki kesejarahan cukup panjang. Setiap kebudayaan yang mengembangkan seni tattoo untuk alasan yang berbeda. Tattoo etnis tradisional, misalnya, berfungsi sebagai tanda asal suku, status, usia, pengalaman dan sering memiliki maksud spiritual dan sakral. 

Teknik pembuatan tattoo kini sudah menggunakan peralatan modern. Profesionalitas artis dan studio tattoo tidak hanya menyangkut karya seni berkualitas, namun soal kebersihan dan pola kerja saat mentattoo konsumen. Perilaku tidak sehat atau tidak higenis disadari akan membahayakan konsumen dan kesehatan artis. Kondisi juga juga menjadi medium efektif penularan infeksi, Hepatitis B dan C, HIV, Tetanus, TBC, kutil, herpes, toxic shock syndrome, TBC kulit, dan inoculation leprosy.

Bagaimana melakukan Tattoo Aman, Bersih, dan Sehat, menjadi bahasan serius dalam Jogja Tattoo Convention 2008, Rabu (13/8). Kegiatan ini merupakan gawe bersama PKBI DIY, Kedai Kebun Forum (KKF) didukung Dinas Kesehatan DIY. Even ini dihadiri 43 artis tattoo dari berbagai daerah, Yogya, Semarang, Salatiga, Bandung, dan Bali. “Saya sangat senang, Jogja akan memiliki image bagus. Jadi silakan datang ke Jogja untuk tattoo yang sehat, aman, berseni tinggi karena banyak seniman tapi juga sehat,” kata Tazbir, S.H., M.Hum, Kepala Badan Pariwisata DIY.

Workshop menghadirkan dr. Andajani Woerjandari (Dinas Kesehatan Provinsi DIY) dan Zaenuri (Komisi Penanggulangan AIDS DIY). Menurut Boni, panggilan akrab dr. Andajani, hal yang berkaitan dengan tattoo dan kesehatan adalah Universal Precaution (Kewaspadaan Universal), dan bagaimana sterilisasi peralatan tattoo. Dalam pelaksanaan Universal Precaution atau UP, harus memastikan standar kesehatan yang tinggi sekali, satu jarum untuk satu konsumen, dan yang tidak bisa disterilkan harus dibuang. “Operasional UP, cuci tangan, menggunakan alat pelindung diri, penanganan benda-benda tajam, ada kegiatan dekontaminasi, disinfeksi, dan pengelolaan limbah, ada sarung tangan, kapas, tisu,” katanya.

Workshop juga diisi dengan demo tattoo oleh 20 orang artis tattoo sebagai aplikasi workshop. Even ini merupakan even pendahuluan Jogja Tattoo Show II 2009 dengan scope nasional. “Kita ingin melihat antusiasme artist tattoo dulu seperti apa, baru kita berani membuat even yang lebih besar. Ternyata mereka sangat antusias. Untuk even selanjutnya, kita ingin semua kalangan masyarakat bisa datang dan jadi paham kalau tattoo juga bisa dilakukan dengan aman, bersih, dan sehat,” kata Melda, dari Kedai Kebun Forum.

galink

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *