Transgender Day of Remembrance atau Hari Transgender International pertama kali digagas bersama untuk memperingati kematian seorang transgender di Amerika. Transgender mengacu pada orang yang mengadopsi peran dan nilai-nilai lawan jenis kelamin biologisnya, misalnya seseorang yang secara biologis perempuan lebih nyaman berpenampilan dan berperilaku stereotip laki-laki. Di Indonesia, dikenal istilah waria untuk merujuk pada transgender female to male.

Ikatan Warian Yogyakarta (IWAYO) memperingati Hari Transgender International 2013 dengan mengusung tema “Waria, kami Indonesia, kami punya hak yang sama.” Berangkat dari kondisi komunitas waria yang seringkali mendapatkan kekerasan namun kasus-kasusnya tidak terselesaikan dengan baik. Beberapa kasus kekerasan bahkan diabaikan begitu saja, tanpa ada tindakan hukum dalam bentuk apapun. Hal ini diungkapkan Koordinator Peringatan Hari Transgender Internasional IWAYO, Cassandra Valent, pada kegiatan Senam Bersama di halaman parkir Bank Indonesia, Yogyakarta, Minggu (24/11),

“Kekerasan pada transgender atau waria masih sering terjadi bukan hanya berakibat luka ataupun cedera akan tetapi masih banyak pula  yang dionggokan begitu saja, seakan lupa kami adalah warga Negara yang sama,” kata Cassandra.

Kekerasan terhadap komunitas transgender sering kali diakibatkan kebencian (hate crime) terhadap transgender tanpa alasan yang masuk akal. Kebencian-kebencian ini tereproduksi di masyarakat karena stigmatisasi dan diskriminasi yang masih sangat kuat terhadap komunitas transgnder dan LGBT secara umum.

Kurangnya informasi yang memadai tentang keberadaan komunitas waria memperparah stigmatisasi dan diskriminasi. Sering kali kekerasan terhadap waria dianggap sebagai sebuah kewajaran dan hal yang sangat biasa untuk dibiarkan.

“Kami percaya bahwa kekerasan demi kekerasan akan tetap terjadi apabila masih belum tercipta kesepahaman bersama antara transgender dan masyarakat lainnya,” imbuh Cassandra. Untuk itulah, ia bersama kawan-kawannya di IWAYO merancang peringatan  Hari Transgender Internasional 2013 ini dengan kegiatan-kegiatan yang mampu menjembatani komunitas waria dan anggota masyarakat lainnya. Selain senam bersama, tepat di Hari Transgender Internasional, 20 November, IWAYO melaksanakan kegiatan Bakti Sosial di Panti Asuhan Atap Langit, Yogyakarta.

Erica, anggota IWAYO berharap peringatan ini dapat diselenggarakan terus setiap tahunnya agar masyarakat lebih menyadari dan menerima keberadaan waria yang sebetulnya sudah dikenal dalam budaya-budaya Nusantara sejak dulu kala.

(Ai’)

IMG_0078

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *