Budaya telah membentuk pola komunikasi antara anak dan orang tua menjadi berjarak ketika membicarakan hal-hal seputar seksualitas. Anggapan bahwa persoalan seksualitas adalah tabu dan tidak pantas menjadikan remaja takut untuk bertanya seputar perubahan-perubahan yang mereka alami. Dukungan dari pihak sekolah dan guru sangat penting agar remaja sekolah merasa mendapat ruang untuk dapat membicarakan persoalan kesehatan reproduksi di sekolah, agar remaja tidak terjebak pada informasi yang salah dari sumber yang tidak tepat. Dwi Ayu, Pengurus Harian Daerah Youth Forum DIY, mengungkapkan banyak sekolah yang menolak isu kesehatan reproduksi masuk ke dalam kurikulum karena menganggap kesehatan reproduksi (kespro) sama dengan pornografi, atau dianggap tidak penting karena belum terjadi kasus remaja seperti KTD. “Padahal pendidikan kespro sangat efektif untuk mencegah kasus-kasus tersebut,” tegasnya saat ditemui pada acara Musyawarah Daerah Youth Forum DIY di Youth Center PKBI DIY, Minggu (15/6). Minimnya pembahasan isu kesehatan reproduksi dan seksual dalam kurikulum sekolah menjadikan peran pendidik sebaya dalam organisasi remaja seperti Youth Forum sangat penting untuk mensosialisasikan isu ini kepada teman-teman sebayanya. Sayangnya, minat remaja sekolah untuk bergabung dengan Youth Forum masih kurang. Musyawarah Daerah ini diadakan salah satunya sebagai wadah berbagi bagaimana menghadapi tantangan tersebut. “Kalau ketemuan seperti ini kita kan bisa belajar gimana cara untuk mengajak teman-teman lain, dengan meminta bantuan dari Guru BK, misalnya,” jelas Ghafur, Wakil Ketua Youth Forum Bantul. Bersamanya ada sekitar tiga puluhan remaja SMA lainnya yang menjadi peserta musyawarah yang merupakan perwakilan dari Youth Forum Kulon Progo, Sleman, Gunung Kidul, Bantul, Kota Yogyakarta serta Youth Forum DIY. Acara yang dimulai sejak pukul 9 pagi tersebut dibuka dengan penjelasan dari perwakilan Youth Forum masing-masing cabang mengenai struktur organisasi dan kegiatan rutin yang mereka lakukan. Dengan gaya khas remaja, peserta diskusi lain sesekali bertanya atau menimpali dengan celetukan yang mengundang tawa dan membuat acara semakin hangat. “Acara musyawarah besar seperti ini penting sekali untuk diadakan. Youth Forum kan ada banyak cabangnya, bisa jadi kegiatan yang mereka lakukan belum ada di kita, jadi bisa saling tukar ide dan informasi,” kata Asri, pengurus Youth Forum Bantul. Musyawarah Daerah Youth Forum ini juga digelar untuk membentuk struktur kepengurusan Youth Forum DIY yang baru, yang diwakili oleh setiap Youth Forum cabang. Selain itu, para anggota Youth Forum dalam musyawarah tersebut juga merumuskan definisi organisasi, visi-misi, mekanisme organisasi, hingga membentuk logo beserta artinya. “Kan Youth Forum akan eksis dimana-mana, jadi struktur organisasi di internalnya harus kita bentuk dulu sebaik mungkin agar kita bisa semakin besar dan stabil dalam memperjuangkan isu kespro remaja,” kata Dwi Ayu. (Emil)