Homophobia

Meskipun American Psychiatric Assosiation telah menghapuskan homoseksual dari daftar gangguan kejiwaan pada tahun 1974 dengan tidak mencantumkannya dalam DSM III (Masters, 1992), namun sikap masyarakat terhadap homoseksual tidak banyak berubah. Stereotyping, diskriminasi, dan marjinalisasi terhadap kaum homoseksual masih sering dijumpai dalam masyarakat kita yang menjunjung tinggi budaya patriarki. Homoseksual merupakan bagian minoritas di dalam masyarakat yang didominasi kaum heteroseksual. Homoseksual seringkali menjadi menjadi “mangsa” empuk bagi berbagai pihak. Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh ketidaktahuan masyarakat bahwa homoseksual tidak selalu identik dengan kelakuan negatif dan buruk, namun sebaliknya, kaum homoseksual juga sama seperti kaum heteroseksual.

Homophobia dan heteroseksisme merupakan salah satu imbas dari ketidaktahuan tersebut. Weinberg mengartikan homophobia sebagai ketakutan terhadap homoseksual dan bentuk-bentuk lain yang menunjukkan keintiman dua jenis kelamin yang sama (Allgeier, 1991). Sementara heteroseksisme adalah paham bahwa manusia hanya boleh berhubungan secara seksual dengan lawan jenisnya. Seringkali paham seperti ini melahirkan sikap diskriminatif, prasangka buruk terhadap kaum homoseksual yang dianggap ganjil, sakit, dan menyalahi kodrat (Tan, 2005).
Ada gay dan lesbian yang berjuang melawan homophobia dalam dirinya sendiri. Mereka memiliki kecemasan akan orientasi seksualnya sendiri dan tanggapan lingkungannya.

Sikap dan Perilaku Diskriminatif berdasarkan Orientasi Seksual
Beberapa sikap dan perilaku ini misalnya:
1. Mengejek homoseksual
2. Membuat lelucon yang melecehkan homoseksual
3. Membuat malu seseorang karena orientasi seksualnya
4. Tidak mau berteman dengan homoseksual
5. Menghindari satu kelompok dengan teman yang homoseksual
6. Melakukan kekerasan fisik seperti memukul, menendang, melukai homoseksual

Sikap dan perilaku diskriminatif ini muncul dari kurangnya informasi masyarakat mengenai homoseksualitas, di samping beredarnya mitos-mitos yang menyudutkan homoseksual. Mitos-mitos tersebut misalnya:

1. Homoseksual adalah tidak normal dan sakit
Fakta: Dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III, 2002), homoseksual tidak termasuk golongan gangguan jiwa. Jadi pendapat selama ini bahwa homoseksual adalah penyakit kejiwaan atau kelainan, adalah tidak benar. Hal ini juga mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual III (DSM) yang disusun oleh American Psychiatric Association pada tahun 1974, yang menjadi pegangan psikolog dan psikiater di seluruh dunia.Badan Kesehatan Internasional, WHO, juga telah mencoret homoseksual dari daftar penyakit melalui pedoman Internasional Classification of Desease (ICD-10)

2. Gay adalah pelaku penganiayaan anak
Fakta: Sebuah kajian di Amerika menunjukan hanya 1 dari 387 kasus penganiayaan anak yang dicurigai dilakukan oleh gay, sisanya dilakukan oleh laki-laki heteroseksual (1992)

3. Homoseksual menarik orang lain untuk mengikuti kehidupannya dan bisa menular
Fakta: Seorang heteroseksual tidak bisa dipaksa menjadi homoseksual, demikian juga sebaliknya. Terdapat sekitar 30 penelitian yang sudah dilakukan untuk meneliti anak-anak yang orang tuanya gay atau lesbian ternyata menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal identitas gender dan orientasi seksual dengan anak-anak yang dibesarkan oleh orang tuanya heteroseksual. Sama seperti homoseksual yang tidak bisa menjadi heteroseksual karena lingkungannya heteroseksual, seorang heteroseksual juga tidak bisa menjadi homoseksual karena lingkungannya homoseksual. Yang kebanyakan terjadi adalah, mereka baru mengetahui orientasi seksual mereka setelah mereka bertemu dengan komunitasnya.

4. Homoseksual adalah pilihan
Fakta: Sama seperti heteroseksual yang tidak memilih ketertarikan emosi dan seksualnya, homoseksual juga demikian. Pilihannya adalah pada pengekspresian perasaan mereka, atau justru menutupinya.

5. HIV dan AIDS adalah penyakit gay
Fakta: HIV dapat menginfeksi siapapun. Justru jika masyarakat masih berpikiran seperti ini, mereka tidak akan melakukan upaya pencegahan. Ini adalah masalah perilaku, bukan orientasi seksual.

6. Homoseksual tidak bisa berprestasi
Fakta: Beberapa kajian menunjukkan bahwa beberapa orang yang sukses dan terkenal adalah homoseksual. Homoseksual ada yang menjadi guru, dokter, pengacara, pekerja pabrik, polisi, politikus, menteri, bintang film, artis, suster, supir truk, model dan penulis novel

7. Gay itu feminin dan lesbian itu maskulin
Fakta: Sama seperti heteroseksual, gay dan lesbian juga bisa berada dalam pada tingkatan maskulinitas dan femininitas yang berbeda-beda.

8. Homoseksual itu menjijikan
Fakta: Itu hanya masalah pendapat. Sama seperti bagi orang yang tidak menyukai buah durian, misalnya. Ada orang yang tidak suka karena menganggap baunya menjijikan. Namun ada juga orang yang menyukainya. Pendapat setiap orang yang berbeda terhadap sebuah benda atau perilaku tidak mengubah sifat alami benda atau perilaku tersebut

9. Homosekual datang dari keluarga yang bermasalah atau keluarga yang tidak memiliki dasar agama yang kuat
Fakta: Homoseksual dibesarkan dalam bermacam-macam tipe keluarga, sama seperti heteroseksual. Homoseksual juga ditemukan dalam berbagai macam agama dan keyakinan, dengan tingkat yang berbeda-beda

10. Homoseksual adalah orang yang menyedihkan, seringkali dengan depresi berat
Fakta: Heteroseksual juga banyak yang mengalami hal ini. Faktanya, banyak homoseksual yang merasa nyaman dengan kehidupannya sehingga bisa bekerja dan berprestasi. Stres biasanya dialami homoseksual di masa awal penyesuaian diri karena tekanan dari masyarakat yang tidak mau menerima keberadaan dirinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *