Strategi Pemecahan Masalah

Secara garis besar strategi pemecahan masalah terbagi menjadi dua, yaitu problem-focused-coping (strategi pemecahan masalah yang difokuskan pada permasalahannya) dan emotion-focused-coping (strategi pemecahan masalah yang difokuskan pada perasaan ketika mendapatkan masalah).

1. Problem-focused-coping atau dikenal juga dengan Approach coping. Memiliki sifat analitis logis, mencari informasi serta berusaha untuk memecahkan masalah dengan penyesuaian yang positif (Lazarus dan Folkman, 1987, dalam Elly, 1998). Terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Kehati-hatian. Individu berpikir dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-hati dalam memutuskan masalah, serta mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan sebelumnya.
  • Tindakan instrumental. Individu melakukan tindakan yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung, serta menyusun langkah-langkah yang akan dilakukannya.
  • Negosiasi. Individu melakukan beberapa usaha yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat atau justru merupakan penyebab masalah untuk ikut menyelesaikan permasalahannya
  • Emotion-focused-coping atau dikenal juga dengan Avoidance coping. Bercirikan menekan, cenderung menyalahkan pihak luar dirinya, dan mengingkari berbagai cara untuk meminimalkan ancaman (Hollahan dan Moss, 1987, dalam Elly, 1998). Terbagi menjadi bagian-bagian berikut:
  • Melarikan diri dari masalah. Biasanya dengan cara membayangkan berada dalam situasi lain yang menyenangkan, atau melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggap dapat melupakan masalahnya seperti makan, tidur, merokok, minum minuman keras.
  • Membuat masalah seringan mungkin. Menganggap bahwa masalah yang sedang dihadapi bukan suatu beban yang sangat berat.
  • Menyalahkan, menghukum diri sendiri, dan menyesali perbuatan.
  • Mencari arti kegagalan yang dialaminya bagi dirinya sendiri dan melihat segi-segi yang menurutnya penting dalam hidup.

Dari dua macam strategi itu, tidak ada satu strategi yang lebih baik dari yang lain, karena keduanya digunakan untuk menghadapi situasi yang berbeda. Problem-focused-coping (strategi pemecahan masalah yang difokuskan pada permasalahannya), biasanya digunakan ketika orang menemui masalah yang menantang, beresiko tinggi dan efek dari perubahan karena masalah itu berlangsung cepat, misalnya ketika seseorang terdampar di sebuah pulau, ia dituntut untuk berpikir logis bagaimana cara menyelamatkan hidupnya. Sedangkan emotion-focused-coping (strategi pemecahan masalah yang difokuskan pada perasaan ketika mendapatkan masalah), biasanya digunakan ketika menghadapi permasalahan yang lebih menyerang perasaan, sesuatu yang sangat sulit atau bahkan tidak mungkin diubah. Misalnya ketika seseorang menghadapi kematian orang yang ia sayangi. Ia dituntut untuk lebih pasrah dan menerima

Pada prakteknya, proses pemecahan masalah yang kita lakukan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu yang bersifat internal (dari dalam diri sendiri dan masalahnya itu sendiri) maupun eksternal (dari lingkungan luar). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah adalah:

  1. Faktor situasional, yaitu pada stimulus yang menimbulkan masalah, pada sifat-sifat masalah, seperti sulit atau mudah, masalah baru atau lama, penting atau kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain.
  2. Faktor biologis. Keadaan biologis seseorang dapat mempengaruhi proses-proses psikologis seperti cara berpikir, berempati pada orang lain, dan sebagainya. Misalnya manusia yang kurang tidur mengalami penurunan cara berpikir, sulit berkonsentrasi.
  3. Faktor-faktor sosiopsikologis, terdiri dari:
    • Motivasi. Motivasi yang rendah dapat mengalihkan perhatian, sementara motivasi yang tinggi justru dapat membatasi fleksibilitas dalam berpikir, misalnya karena terlalu tegang saat ujian, kita justru jadi tidak bisa mengerjakan soal ujian.
    • Kepercayaan dan sikap yang salah. Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Misalnya, jika kita percaya bahwa hantu itu ada, akhirnya kita tidak bisa berpikir jernih bagaimana caranya keluar dari hutan, karena kita hanya terfokus pada ketakutan kita akan hantu. Sementara, sikap yang salah juga dapat mempengaruhi proses pemecahan masalah, misalnya sikap kita yang tidak percaya diri membuat kita juga tidak bisa menentukan pilihan.
    • Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahanan pola berpikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis akan menghambat pemecahan masalah yang efisien dan hal ini dapat menyebabkan kekakuan pikiran (rigid mental set). Kebudayaan di sekitar kita banyak mempengaruhi kekakuan cara berpikir kita, karena cara kita memandang dan mengatasi persoalan dibatasi oleh cultural setting (situasi budaya)
    • Emosi. Emosi mewarnai cara berpikir kita, kita tidak pernah dapat benar-benar berpikir objektif. Sebenarnya tidak masalah, namun jika emosi sudah mencapai intensitas yang tinggi sehingga menjadi stress, akhirnya kita tidak dapat berpikir efisien.
One thought on “Strategi Pemecahan Masalah”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *