Definisi Stres
Richard Bugelski dan Anthony M Graziano (1980) menyatakan bahwa stres adalah suatu istilah umum yang digunakan psikolog-psikolog untuk menunjukkan ketegangan seseorang karena tidak mampu mengatasi tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya. Dalam bahasa sehari-hari, stres adalah suatu kondisi ketegangan yang kemudian mempengaruhi fisik, mental, perilaku seseorang.
Jadi, stres melibatkan interaksi antara individu dan lingkungannya. Kebanyakan orang menyebut stres untuk menunjuk pada kondisi seseorang tidak mampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan, atau tekanan dari sekelilingnya yang berakibat, baik pada fisik, mental, maupun perilakunya.
John. W. Santrock, seorang pakar psikologi perkembangan mendefiniskan stres sebagai respon individu terhadap lingkungan dan kejadian, atau lebih dikenal dengan stresor, yang kita anggap mengancam, menegangkan dan membutuhkan kemampuan kita untuk mengatasinya. Secara substansial stres merupakan kondisi eksternal yang menegangkan, tidak diharapkan oleh seseorang, dan cenderung membuat diri tidak nyaman. Tidak ada ambang yang objektif untuk menentukan situasi sebagai stresor, namun secara subjektif stres yang dialami seseorang dapat memicu serangkaian dampak negatif. Crowley Jack, Phd, psikolog dari Western Washington University, menjelaskan bahwa secara psikologis, stres dapat memicu terjadinya kecemasan, hilangnya gairah hidup, depresi, bahkan agresivitas yang meningkat. Sedangkan secara fisik stres dapat mengakibatkan instabilitas tensi, gangguan pencernaan, penurunan imunitas, serta percepatan penuaan, bahkan kanker. Stress yang berakibat negatif dipersepsikan sebagai sesuatu yang merugikan atau menyakitkan dan disebut dengan distress, sedangkan stress yang menghasilkan perasaan menyenangkan, menantang, meningkatkan gairah dan prestasi serta meningkatkan produktivitas disebut dengan eustress
Dampak Stres
Ketika seseorang mengalami stress, biasanya terlihat dari dampak yang ditimbulkan dari stress tersebut. Dampak dari stres dapat dikelompokkan, antara lain :
- Akibat fisik, antara lain meningkatnya detak jantung, tekanan darah dan gula darah, banyak mengeluarkan keringat, mulut terasa kering, sesak napas, demam, dan mati rasa.
- Akibat psikologis, antara lain cemas, agresif, apatis, bosan, depresi, kelelahan, frustrasi, merasa berdosa dan malu, cepat marah, murung, merasa harga diri rendah, kesepian, dan mudah gugup.
- Akibat pada perilaku, antara lain menjadi pencandu obat, makan banyak atau kurang nafsu makan, pemabuk dan perokok, semaunya sendiri, dan gemar mengucapkan kata-kata kotor/jorok.
- Akibat kognitif, antara lain tidak mampu membuat keputusan, sering lupa, dan sangat sensitif terhadap kritik.
- Akibat dalam pekerjaan, antara lain sering tidak masuk kerja, hubungan dengan teman kerja buruk, dan produktivitas menurun.
Masalah dan Manfaatnya
Munculnya stres tidak dapat dipisahkan dari masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah terjadi ketika terdapat kesenjangan antara kebutuhan atau harapan pribadi dengan kenyataan di lingkungan. Biasanya kita melihat suatu permasalahan sebagai hal yang buruk, tapi sebenarnya ada manfaat dibalik masalah itu. Manfaat yang dapat diperoleh seseorang pada saat menghadapi masalah antara lain:
- Bisa lebih memahami diri sendiri serta lingkungannya, sehingga ia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri yang lebih baik dalam menghadapi perubahan.
- Meningkatkan kemampuan toleransi atau ketahanan seseorang terhadap tekanan dalam kehidupannya, sehingga tekanan yang dimiliki mampu dikelola menjadi kekuatan pribadinya.
- Meningkatkan kemampuan membina relasi secara lebih adekuat
- Mengembangkan pola pikir kreatif atau berpikir alternatif sehingga mampu memecahkan permasalahan lainnya.
- Meningkatkan kesadaran terhadap diri dan nilai-nilai religius.
Umumnya, seseorang pada saat menghadapi masalah akan:
- Merasa paling celaka. Hal ini terjadi karena individu hanya terpaku pada permasalahannya saja dan tidak berpikir tentang hal-hal lain diluar dirinya secara objektif.
- Mengasingkan diri. Tanpa disadari masalah yang dihadapi membuat seseorang lebih senang menyendiri sepanjang waktu, semangat menjadi menurun, motivasi melemah.
- Berpikiran sempit. Beratnya permasalahan yang dialami membuat seseorang merasa hidup tidak lagi mempunyai arti, hingga kadang-kadang orang melarikannya kepada hal-hal yang tidak baik dan mungkin akan menimbulkan penyesalan. Orang yang bermasalah terlalu terpaku pada dirinya sendiri dan permasalahannya, serta pada sebab akibat yang menyebabkan munculnya masalah dan lain-lain. Hal ini menyebabkan kesulitan mencari alternatif penyelesaian karena cara berpikir yang sudah dibatasi atau berpikir sempit. Pikiran yang terbatas ini juga makin memudahkan orang terjun ke arah semakin pesimis atau apatis serta depresi karena merasa menghadapi jalan buntu.
- Lepas kontrol. Kegalauan dan kerisauan hati pada saat bermasalah menyebabkan kita lebih mudah terbawa kepada hal-hal yang negatif karena tanpa sadar kita melepas kontrol terhadap diri sendiri dengan alasan agar hati terhibur. Hal ini menyebabkan terabaikannya tugas-tugas penting.
- Mudah menyerah. Adakalanya seseorang yang mengalami masalah cenderung lebih takut mengahadapi resiko apapun, tentu saja hal ini akan menyurutkan tindakan memecahkan masalah
- Mencari kambing hitam, kadang-kadang karena gengsi atau demi harga diri, seseorang menganggap masalah timbul karena ulah teman atau orang lain. Menempatkan orang lain dalam posisi bersalah jauh lebih mudah diterima oleh orang yang bermasalah. Namun tentu saja hal itu menyebabkan kita cenderung mempertahankan diri dan tidak mau berubah
Jika kondisi-kondisi tersebut dipertahankan, kita akan merasa semakin terpuruk dan merasa masalah semakin berat dan memusingkan sehingga tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk belajar memecahkan masalah. Padahal, salah satu langkah menuju kedewasaan adalah belajar memecahkan masalah yang kita hadapi. Sehingga ketika kita dihadapkan pada masalah yang lain, kita juga dapat mengatasinya dengan lebih efektif dan efisien.