Apa itu Umpan Balik
Umpan balik adalah seperti apa diri kita menurut pandangan orang lain, setelah orang lain itu mengenal kita . Umpan balik merupakan efek dari membuka diri. Saat kita membuka diri pada orang lain, berarti kita memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengenal kita.
Manfaat umpan balik
Umpan balik dari orang yang dipercaya dapat menjadi sarana untuk evaluasi pada diri kita dan menjadi masukan bagi kita untuk melihat aspek dalam diri yang belum kita ketahui. Dengan kata lain umpan balik dapat meningkatkan kesadaran diri seseoarang.
Tujuan umpan balik adalah memberikan informasi yang sifatnya membangun dan dapat membantu seseorang menyadari bagaimana perilakunya dipresepsi dan berpengaruh pada orang lain. Umpan balik dapat membantu mengubah tingkah laku seseorang dengan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Umpan balik yamg sifatnya membangun adalah umpan balik yang disampaikan dengan cara bagimana tingkah laku seseorang berpengaruh terhadap dirinya dan orang lain. Pemberian umpan balik ini hendaknya jangan sampai menjadi ancaman dan membuat orang tersebut bereaksi mempertahankan diri serta menyangkal tindakannya (defensif), karena orang yang bersikap defensif akan semakin kurang mendengarkan dan memahami umpan balik yang diberikan.
Setelah oranag menerima umpan balik, maka umpan balik tersebut akan digunakan sebagai pertimbangan ketika akan membuat keputusan, apakah tingkah lakunya kan diubah atau diteruskan.
Bagaimana cara memberikan umpan balik?
Beberapa karakteristik umpan balik yang sifatnya membangun dan tidak mengancam orang lain adalah :
- Fokuskan umpan balik yang kita berikan pada tingkah laku seseorang, bukan pada kepribadiannya.
Jadi, berikanlah umpan balik terhadap apa yang dilakukan orang lain, bukan mengacu pada sifat (traits) orang tersebut. Misalnya akan lebih baik kita mengatakan bahwa ”Orang itu banyak bicara pada saat rapat daripada” mengatakan ”Dia besar mulut.”
- Fokuskan umpan balik pada penggambaran (deskripsi) daripada penialain (judgement) terhadap tingkah laku seseorang.
Berikanlah umpan balik berdasarkan apa yang terjadi, bukan pada penilaian ”benar-salah” atau ”baik-buruk”. Misalnya kita bisa mengatakan, ”Apa yang kamu katakan kurang jelas dan kamu bernbicara terlalu pelan.” daripada mengatakan, ” Kamu mengerikan, kamu seorang pembicara yang buruk”
- Fkuskan umpan balik pada tingkah laku yang muncul pada situsai tertentu.
Tingkah laku seseorang selalu berhubungan dengan waktu dan tempat yang spesifik. Jadi kalimat , ”Waktu kamu bicara sama si Anton, muka kamu kelihatan cerah dan penuh senyuman.” adalah kalimat yang lebih baik daripada mengatakan ”Kadang-kadang wajah kamu cerah ceria dan emencarkan kebahagiaan” karena kalimat ini konteks siyuasi dan waktunya tidak jelas.
- Berikan umpan balik segera setelah tingkah laku itu dimunculkan.
Maksudnya berikanlah umpan balik sesegera mungkin. Contohnya, dengan mengatakan ”Tiga tahun yang lalu saya ketemu kamu di Bandung, tapi kamu nggak menyapa saya.” Akan lebih abik jika pada saat kejadian baru saja terjadi dan katakan ” Hei, saya bilang halooo, kak kamu diam aja sich. Kamu baik-baik saja khan?”
- Fokuskan pemberian umpan balik sebagai sarana berbagi pandangan dan perasaan daripada untuk memberi saran.
Berabagi pandangan dan perasaan dapat menuntun orang yang diberi umpan balik untuk mengambil keputusan sendiri. Contoh ”Kamu teripau-sipu jika bertemu dengan Anton” adalah kalimat yang lebih abaik dariapada ”Ayo jangan jadi pemalu, cepat dekitin si Anton”
- Jangan memaksakan umpan balik pada orang lain.
Kalau orang lain jelas-jelas tidak meminta pandangan dan pendapat jangan dipaksakan untuk membari umpan balik.
- Jangan memberikan umpan balik terlalu banyak sehingga membuat orang tidak mengerti.
Kalau umpan balik yang diberikan terlalu banyak, maka orang yang diberi umpan balik akan kurang memahami apa yang disampaikan melalui umpan balik tersebut.
- Fokuskan pemberian umpan balik pada tindakan yang sifatnya bisa berubah
Jangan memberi umpan balik atau pendapat pada hal-hal yang memang sulit atau tidak dapat diubah. Miasalnya dalam hal fisik. Lebih baik hindari bentuk-bentuk pendapat yang mengarah pada fisik seseorang, seperti bentuk tubah, kecacatan, dll.
Johari Window adalah salah satu metode yang dapat kita gunakan untuk mengenali diri kita. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1950 untuk membantu orang mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi dan hubungan interpersonal dengan orang lain. Terdapat empat “jendela” dalam konsep ini yaitu Open, Blind, Hidden, dan Unknown yang menggambarkan kesadaran diri kita dan kesadaran orang lain mengenai siapa dan bagaimana diri kita. Setiap orang memiliki bentuk “jendela” yang tidak selalu sama karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk menganalisa dirinya dan keinginan untuk menunjukkan siapa diri yang sebenarnya.