Pengertian Orientasi Seksual
Orientasi seksual adalah ketertarikan secara emosional dan seksual kepada jenis kelamin tertentu. Orientasi seksual secara garis besar dapat dibedakan menjadi:
- Heteroseksual, yaitu orang yang tertarik secara emosi dan seksual terhadap lawan jenisnya.
- Homoseksual, yaitu orang yang tertarik secara emosi dan seksual terhadap sesama jenisnya. Gay adalah istilah untuk homoseksual laki-laki, dan lesbian adalah istilah untuk homoseksual perempuan. Pada perkembangannya, ada banyak istilah yang digunakan pada waktu dan budaya yang berbeda.
- Biseksual, yaitu orang yang tertarik secara emosi dan seksual terhadap lawan dan sesama jenisnya
Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari tahu faktor-faktor penyebab mengapa seseorang memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan yang lainnya. Secara garis besar, terdapat dua teori yang dapat menjelaskan fenomena tersebut yaitu teori biologis dan teori psikologis.
Teori biologi mempercayai bahwa orientasi seksual dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor hormonal. Penelitian terakhir mengenai faktor biologis dalam pembentukan orientasi seksual dilakukan oleh Simon LeVay (Rice, 2002) yang menemukan sekumpulan syaraf dalam hypothalamus laki-laki heteroseksual ukurannya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki oleh laki-laki homoseksual dan perempuan heteroseksual. Namun, hasil penelitian ini menimbulkan pertanyaan: Apakah kumpulan syaraf yang lebih kecil itu yang menyebabkan seseorang menjadi homoseksual atau justru sebaliknya, kehomoseksualan seseorang yang menyebabkan ukurannya mengecil? Penelitian yang lain menunjukkan bahwa syaraf-syaraf berubah dalam merespon suatu pengalaman. Hipotesis lain menyatakan mungkin ada faktor lain yang tidak diketahui yang menyebabkan baik itu homoseksualitas maupun perbedaan ukuran syaraf.
Berbeda dengan teori biologis, teori psikologis mencoba menerangkan faktor penyebab homoseksualitas bukan dari aspek fisiologis. Namun, lagi-lagi sebuah penelitian yang melibatkan 686 laki-laki homoseksual, 293 perempuan homoseksual, 337 laki-laki heteroseksual, dan 140 perempuan heteroseksual, tidak dapat menemukan pendukung yang kuat bagi teori-teori psikoanalisis, teori belajar sosial, atau teori sosiologis lainnya, sehingga mereka membuat kesimpulan bahwa homoseksualitas pasti memiliki dasar biologis.
Kesimpulan lainnya adalah bahwa tidak ada yang mengetahui secara pasti faktor-faktor yang menyebabkan homoseksualitas (Rice, 2002).
Apakah Homoseksual merupakan Gangguan Jiwa?
Dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III, 2002), homoseksual tidak termasuk golongan gangguan jiwa. Jadi pendapat selama ini bahwa homoseksual adalah penyakit kejiwaan atau kelainan, adalah tidak benar. Hal ini juga mengacu pada Diagnostic ans Statistical Manual III (DSM) yang disusun oleh American Psychiatric Association pada tahun 1974, yang menjadi pegangan psikolog dan psikiater di seluruh dunia.Badan Kesehatan Internasional, WHO, juga telah mencoret homoseksual dari daftar penyakit melalui pedoman Internasional Classification of Desease (ICD-10)
Perbedaan Orientasi Seksual dan Perilaku Seksual
Orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual karena orientasi seksual bekaitan dengan perasaan dan konsep diri. Meskipun seringkali berkaitan, orientasi seksual tidak dapat meramalkan perilaku seksual seseorang, demikian sebaliknya, perilaku seksual tidak dapat menunjukkan orientasi seksual seseorang. Dalam hal pasangan seksual, seorang heteroseksual mungkin saja berhubungan seksual dengan sesama jenisnya. Atau pada kebanyakan kasus, seorang homoseksual dapat berhubungan seksual dengan lawan jenisnya karena terpaksa atau dipaksa untuk menikah.
Pada perilaku seksual yang telah dibahas sebelumnya, baik heteroseksual, homoseksual, maupun biseksual dapat melakukan perilaku seksual yang sama, seperti berpelukan, berciuman, petting, oral seks, kecuali pasangan gay tidak dapat melakukan seks vaginal, dan pasangan lesbian tidak dapat melakukan seks vaginal dan seks anal.