Berikut ini bentuk pola ketimpangan gender yang terjadi di masyarakat
a. Subordinasi (penomorduaan)
Pandangan gender ternyata dapat menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Ada anggapan bahwa perempuan itu irasional, emosional sehingga tidak dapat memimpin dan oleh karena itu harus ditempatkan pada posisi yang tidak penting. Sebagai contoh, di sebuah rumah tangga masih sering kita dengar jika keuangan mereka sangat terbatas, dan harus mengambil keputusan untuk mneyekolahkan anak-anak mereka, maka anak laki-laki akan mendapatkan kesempatan pertama dibandingkan anak perempuan.cheap jerseys Kenyataan seperti itu sesungguhnya berangkat dari suatu ketidakadilan gender.
b. Marginalisasi (peminggiran)
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Anggapan perempuan bekerja hanyalah untuk dirinya sendiri atau sebagai nafkah tambahan menyebabkan banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu strategis, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Juga, karena perempuan dianggap tidak punya kemampuan analitis maka perempuan hanya diserahi pekerjaan yang bersifat teknis dan rutin.
c. Stereotipe negatif (pelabelan/pemberian cap negatif pada satu kelompok atau individu)
Banyak sekali ketidakadilan terhadap perempuan yang bersumber pada anggapan yang diberikan pada mereka. Sebagai contoh, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan berstatus janda dianggap sebagai penggoda. Tidak sedikit pula masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan bersolek adalah untuk memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan seksual atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan anggapan ini. Karenanya, bila terjadi perkosaan, masyarakat cenderung menyalahkan korban. Stereotipe terhadap kaum perempuan ini terjadi dimana-mana.
d. Beban ganda (double burden)
Perempuan dianggap bertanggung jawab terhadap tugas-tugas domestik seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami dan merawat anak-anak. Ketika perempuan juga bekerja di luar rumah, dan bahkan sering sebagai pencari nafkah utama, beban tugas domestik inipun masih dibebankan padanya. Tugas perempuan menjadi bertumpuk, sangat banyak. Bahkan banyak yang mengatakan tugas perempuan dimulai dari terbitnya matahari sampai terbenamnya mata suami.
e. Kekerasan terhadap perempuan
Banyak sekali kekerasan terhadap perempuan disebabkan oleh ketidakadilan gender. Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berbasis gender, yang mengakibatkan atau akan mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan terhadap perempuan baik secara fisik maupun psikologis, baik yang terjadi di ruang publik maupun di ruang domestik.
Ya, anggapan bahwa laki-laki adalah makhluk utama misalnya membuat laki-laki banyak yang berperilaku seenaknya terhadap perempuan. Juga, pandangan bahwa suami adalah kepala keluarga menyebabkan banyak suami yang menganggap bahwa dia berhak melakukan apa pun terhadap istrinya. Pandangan ini juga dipercaya oleh aparat penegak hukum, yang jelas akan berpengaruh terhadap cara mereka mensikapi kasus-kasus penganiayaan terhadap istri, misalnya.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan banyak sekali. Perempuan dapat menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh individu, oleh kelompok masyarakat atau bahkan oleh negara. Ada bentuk kekerasan yang bersifat langsung dan ada yang berbentuk tidak langsung. Kekerasan juga tidak hanya terjadi di ruang publik tapi juga di ruang domestik, dan dapat berupa kekerasan fisik, emosional, ekonomi maupun seksual.