Periode perkembangan yang penuh dengan dinamika sosial, psikologis dan emosional adalah masa di masa remaja berkembang. Pada satu sisi, usia remaja dihadapkan dalam beragam tantangan yang bisa menghambat kesejahteraan mereka, kekerasan adalah salah satu tantangan yang dihadapi oleh remaja.
Kekerasan ini hadir dalam berbagai bentuk. Di sisi lainnya, masa remaja juga memberikan peluang bagi mereka untuk menjalani fase demi fase perkembangan sehingga mereka dapat mencapai kondisi kesejahteraan yang optimal, hal ini disebut sebagai flourishing. Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana kekerasan memengaruhi remaja serta bagaimana mereka bisa tetap mencapai flourishing meskipun menghapai tantangan tersebut.
Kekerasan pada Remaja: Bentuk dan Dampaknya
Kekerasan yang dialami remaja bisa hadir dalam berbagai bentuk, termasuk kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan berbasis gender, kekerasan seksual, serta kekerasan digital (cyberbullying). Setiap bentuk kekerasan memiliki dampak yang mendalam, baik dari segi fisik maupun mental. Menurut penelitian, remaja yang menjadi korban kekerasan berisiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), hingga kecenderungan bunuh diri.
- Kekerasan Fisik dan Psikologis
Kekerasan fisik dan psikologis di rumah atau sekolah dapat mengikis rasa aman dan percaya diri pada remaja. Ketika mereka merasa tidak aman, ini mengganggu kemampuan mereka untuk berkembang secara optimal. Kekerasan psikologis seperti hinaan, pelecehan verbal, dan intimidasi juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada perkembangan mental mereka. - Kekerasan Seksual dan Berbasis Gender
Kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual, yang banyak terjadi pada remaja perempuan, memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental. Korban sering mengalami trauma yang berkepanjangan, rasa malu, ketidakpercayaan terhadap orang lain, serta gangguan identitas. Hal ini
membuat mereka lebih sulit untuk merasakan kebahagiaan, memiliki hubungan yang bermakna, dan menemukan makna dalam hidup. - Kekerasan Digital (Cyberbullying)
Di era digital, cyberbullying menjadi salah satu bentuk kekerasan yang sering dialami oleh remaja. Pelecehan dan ancaman online, terutama di media sosial, dapat merusak kesehatan mental remaja dan mengisolasi mereka dari dukungan sosial yang penting. Dampak psikologis dari
cyberbullying bisa sama kuatnya dengan kekerasan fisik, membuat korban merasa tidak berdaya dan terisolasi
Dampak Kekerasan terhadap Flourishing Remaja
Flourishing adalah kondisi kesejahteraan optimal, di mana seseorang tidak hanya bebas dari gangguan mental tetapi juga merasa hidup dengan penuh makna, memiliki hubungan yang positif, dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Kekerasan, terutama pada remaja yang masih dalam tahap perkembangan, dapat menghalangi mereka mencapai flourishing. Dampak kekerasan terhadap kesejahteraan remaja meliputi:
- Kehilangan Emosi Positif dan Optimisme
Remaja yang menjadi korban kekerasan sering kali mengalami emosi negatif yang mendominasi kehidupan mereka, seperti ketakutan, kecemasan, dan kemarahan. Mereka kehilangan kemampuan untuk merasa bahagia atau optimis, yang merupakan komponen penting dari flourishing. - Penurunan Keterlibatan Sosial
Kekerasan sering kali menyebabkan remaja menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka mungkin merasa takut untuk terhubung dengan orang lain atau merasa tidak layak mendapatkan hubungan yang sehat. Ini merusak hubungan sosial yang seharusnya menjadi sumber dukungan dan
kesejahteraan bagi mereka. - Gangguan pada Pencapaian dan Tujuan Hidup
Kekerasan bisa membuat remaja merasa kehilangan kendali atas hidup mereka, sehingga sulit bagi mereka untuk menetapkan tujuan jangka panjang atau mencapai prestasi yang mereka impikan. Kehilangan motivasi dan makna hidup ini merupakan hambatan besar bagi flourishing.
Memulihkan Kesejahteraan: Menuju Flourishing Meskipun Menghadapi Kekerasan
Meskipun kekerasan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan remaja, pemulihan dan pembangunan kembali kesejahteraan masih sangat mungkin. Berikut adalah beberapa cara di mana remaja bisa menuju flourishing, bahkan setelah mengalami kekerasan:
- Dukungan Sosial yang Kuat
Dukungan sosial, baik dari keluarga, teman, guru, maupun komunitas, sangat penting dalam membantu remaja bangkit dari trauma kekerasan. Remaja yang memiliki hubungan sosial yang mendukung lebih cenderung merasa dicintai, dihargai, dan dilindungi, yang membantu mereka pulih
dari dampak negatif kekerasan. - Intervensi Psikologis dan Terapi
Intervensi psikologis seperti konseling atau terapi dapat membantu remaja mengatasi trauma dan emosi negatif yang diakibatkan oleh kekerasan. Terapi kognitif perilaku (CBT), misalnya, telah terbukti efektif dalam membantu remaja mengubah pola pikir negatif dan mengembangkan strategi coping yang sehat. - Penuatan Diri melalui Aktivitas Positif
Terlibat dalam aktivitas yang positif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan komunitas, dapat membantu remaja membangun kembali rasa percaya diri dan menemukan makna hidup yang baru. Aktivitas-aktivitas ini juga memberi mereka peluang untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan sosial dan meraih pencapaian yang mereka banggakan. - Membangun Resiliensi
Resiliensi, atau kemampuan untuk bangkit dari kesulitan, adalah kunci dalam membantu remaja mencapai flourishing setelah mengalami kekerasan. Dengan bimbingan yang tepat, remaja bisa belajar untuk menghadapi dan mengatasi trauma mereka, sambil tetap mengembangkan keterampilan dan kualitas yang mendukung kesejahteraan mereka di masa depan.
Kekerasan, dalam berbagai bentuknya, merupakan tantangan besar bagi kesejahteraan remaja. Dampak negatifnya bisa sangat signifikan, mengganggu kemampuan remaja untuk mencapai kondisi flourishing. Namun, dengan dukungan yang tepat, baik dari lingkungan sosial, intervensi psikologis, maupun penguatan diri, remaja tetap dapat berkembang dan mencapai kesejahteraan optimal. Pemulihan dari trauma dan pembangunan kesejahteraan adalah proses yang membutuhkan waktu, tetapi dengan upaya yang tepat, remaja yang pernah mengalami kekerasan masih memiliki peluang besar untuk meraih flourishing dalam hidup mereka. (afni)
Daftar Pustaka
Fredrickson, B. L., & Losada, M. F. (2005). Positive Affect and the Complex Dynamics of Human Flourishing. American Psychologist, 60(7), 678-686.
Keyes, C. L. M. (2002). The Mental Health Continuum: From Languishing to Flourishing in Life. Journal of Health and Social Behavior, 43(2), 207–222.
Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-being. Free Press.
World Health Organization (WHO). (2021). Adolescent Health: Understanding and Responding to Adolescent Violence.
Komnas Perempuan. (2020). Laporan Kekerasan Berbasis Gender dan Remaja di Indonesia.