Cabang merupakan indikator kapasitas PKBI di tingkat Daerah. Manakala Cabang tidak berjalan, menunjukkan belum maksimalnya PKBI Daerah dalam mengembangkan pilar utama Perkumpulan. Cabanglah yang memiliki suara dalam pemilihan Ketua PHN dalam Munas tahun 2010 nanti.

Demikian antara lain, yang disampaikan Dra. H.Budi Wahyuni, MM, MA, Ketua Pengurus Harian Daerah (PHD) PKBI DIY, saat menerima kunjungan PKBI Cabang se Jawa Timur, di Ruang Pertemuan PKBI DIY, Badran, Sabtu (05/12). Selain Budi Wahyuni, hadir pula dari jajaran PHD, Justina Satiti, Ina, Denti dan Dheo.

Menurut Budi Wahyuni, pengembangan Cabang di Yogyakarta memang menunjukkan kemajuan yang signifikan. Saat ini, semua Cabang sudah memiliki Direktur Pelaksana Cabang. Pengangkatan Dirpelcab, merupakan upaya pemisahan wilayah-wilayah pengambil kebijakan dengan wilayah pelaksana program. “Ruangnya menjadi jelas,” katanya.

Mukhotib MD, Direktur Pelaksana Daerah (Dirpelda) PKBI DIY, yang juga turut menerima kunjungan itu, menceritakan secara detail bagaimana strategi pengembangan Cabang yang dilakukan di Yogyakarta. Semuanya dilakukan secara sederhana, misalnya, dengan mengembangkan klinik keliling di setiap Cabang, dengan durasi selapanan (35 hari sekali). “Di Yogyakarta ada lima Cabang, jadi gilirannya, pas itu,” katanya.

Setelah dilakukan klinik keliling, PKBI Cabang semakin dikenal kembali oleh masyarakat. Mereka kemudian memiliki modal sosial untuk berbicara dengan stakeholder pada level kabupaten/kota. Para Dirpelcab mulai bisa melakukan kritik, karena secara faktual mereka melakukan aksi. “Bahasa gaulnya, ya, tidak OMDO, omong doang,” kata Mukhotib MD.

Tidak lama kebijakan ini diambil, Cabang mulai melakukan pendampingan sekolah. Difasilitasi PKBI Daerah, Cabang merekrut para relawan di tingkat Cabang, dan masuk ke sekolah-sekolah, merekrut peer educator di setiap sekolah. “Sekarang di setiap Cabang sudah mengembangkan Youth Forum masing-masing,” katanya.

Saat ini, Cabang sudah mengelola berbagai program yang didukung oleh lembaga donor internaional. Mereka melakukan pengorganisasian komunitas di desa untuk program kesehatan reproduksi, HIV dan AIDS, Jender dan HAM. Menurut Mukhotib MD, perkembangan ini sangat menggembirakan. “Di Kulonprogo dan Bantul, kumintas pasangan usia subur dan remaja sudah membuat video komunitas sebagai alat advokasi mereka,” katanya.

Menanggapi diskusi yang ada, PHC dari Lamongan mengatakan ternyata memang benar, sama seperti yang sudah didengar selama ini tentang pengembangan Cabang di Yogyakarta. “Dari kata-kata yang diucapkan dalam menceritakan proses pengembangan Cabang memang benar-benar dilakukan,” katanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *