Apa Pengertian Yang Salah Pada Remaja Mengenai Pembuktian Cinta
Bukti cinta di masa pacaran adalah dengan memberikan segala galanya termasuk keperawanan mereka. Mereka percaya bahwa hubungan seksual membuat hubungan pacaran menjadi lebih intim.
Pola Komunikasi Yang Mendasari Terjadinya Hubungan Seksual Pada Remaja
Dilihat dari kedua belah pihak ada beberapa pola komunikasi dan proses yang terjadi.
- Pertama, ada kepercayaan atas mitos bahwa hubungan seksual (HUS) tertentu tidak akan terjadi kehamilan. Misalnya HUS satu kali tidak akan menyebabkan kehamilan.
- Kedua, pembuktian cinta dengan melakukan hubungan seksual berarti cinta mereka tulus dan suci.
- Ketiga, ada janji pernikahan apabila terjadi kehamilan, pacar mereka berjanji akan bertanggung jawab.
- Keempat, Karena awalnya hanya sekedar coba-coba, tetapi selanjutnya menjadi kebiasaan.
- Kelima, keinginan mengikat hubungan, yakni ketika remaja perempuan menggunakan HUS dan atau kehamilannya untuk mengikat pacarnya agar tidak meninggalkan dirinya dengan memberikan keperawanan dan melakukan hubungan seksual.
Pola komunikasi dan proses terjadinya HUS pada hubungan pacaran remaja menunjukkan adanya ketimpangan posisi gender antara remaja laki-laki dan peremuan. Seringkali remaja laki-laki menggunakan mantra ”atas nama cinta” untuk mendapatkan kemauan remaja perempuan pasangannya untuk bersedia berhubungan seks.
Hal ini sangat disayangkan karena rasa cinta pada pacar kita tidak perlu dibuktikan dengan melakukan hubungan seksual. Prinisp penting yang perlu dikuatkan pada remaja adalah cinta bisa diekspresikan dengan banyak sekali cara, tanpa harus melibatkan aktifitas seksual.
Apa Sebenarnya Yang Dibutuhkan Ketika Seseorang Berpacaran
- Kedewasaan sikap dan pikiran artinya dalam berpacaran seseorang harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya, kesiapan mentalnya untuk mencoba berpacaran, batasan-batasan apa yang nanti harus dijaga selama berpacaran dan lain-lain., sehingga selama berpacaran remaja tetap dapat mengontrol perilakunya dan tetap sehat secara psikis, fisik dan sosial.
- Sehat secara fisik maksudnya tidak menyakiti fisik kedua belah pihak dalam arti tidak menimbulkan kehamilan, tidak ada kekerasan fisik (memukul atau dipukul, menendang atau ditendang, dan lain-lain).
- Sehat secara psikis berarti tidak mengganggu jiwa, misalnya tidak mengakibatkan perasaan jadi tertekan, membuat sedih, gelisah, takut, dan lain-lain.
- Sehat secara sosial maksudnya memperhatikan aturan dan norma masyarakat sekitar dan nilai-nilai yang ada di dalamnya.