Mengikuti mailing-list aids-ina untuk beberapa terakhir ini, cukup diramaikan oleh posting yang merespons sebuah e-mail dari Bung Syaiful W Harahap, yang menunjukkan hasil telisiknya terhadap berbagai media informasi mengenai HIV dan AIDS dan yang menggegerkan kahyangan aktivis AIDS, karena penggunaaan kata ‘menyesatkan’ untuk media informasi itu.

Apa yang terjadi, Bung Syaiful menjadi cukup repot untuk menjawab berbagai e-mail yang mestinya tidak pada tempatnya untuk dimintai pertanggungjawaban. Sebagai seorang jurnalis yang kritis, apa yang dilakukan oleh Bung Syaiful sesungguhnya sedang menunjukkan perannya sebagai pemantau media (media watch). Karenanya, Bung Syaiful tidak harus dituntut untuk sampai memberikan pelurusan-pelurusan terhadap kritik yang disampaikannya.
Kita semua harus mengambil pelajaran penting dari apa yang disampaikan Bung Syaiful.

Setidaknya ada dua hal yang bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama. Pertama, para pembuat atau penyebar media informasi tidak selalu kritis terhadap produksi medianya manakala hendak mengadopsi atau mempertimbangkan nilai-nilai lokal, membungkus dengan sekian teks yang sesuai dengan cara pandang lokal, yang kemudian disebut Bung Syaiful justru menjadi menyesatkan. Kedua, tampak adanya ketidakpedulian antar berbagai pihak terhadap media informasi yang dibuat oleh pihak yang lain. Kita setujui dengan Bung Syaiful, manakala hendak melakukan saling kontrol untuk saling mengingatkan, tidak harus diartikan sebagai sebuah upaya penyeragaman.

Akhirnya, kita memang harus secara detail dan jelas bisa memisahkan mana saja bagian informasi yang bisa dikembangkan dengan bahasa lokal, penyesuaian dengan nilai lokal dan mana yang memang harus dijelaskan dengan tanpa mengakomodasi bahasa-bahasa lokal. Titik ini yang oleh Bung Syaiful disebut sebagai fakta media, yang harus disampaikan apa adanya.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *