Hampir semua peserta mengakui dalam perencanaan program sudah mengintegrasikan rencana monitoring dan evaluasi. Persoalannya, seringkali kita masih menganggap, evaluasi itu hanya dilakukan pada saat sebuah proyek berhasil. Cara pandang yang salah ini, harus diluruskan, karena evaluasi sesungguhnya tidak hanya dilaksanakan pada akhir project, melainkan pada saat project belum dimulai, saat project berjalan, dan pada saat project berakhir. “Satu lagi tipe evaluasi selain tiga itu, adalah impact evaluation,” kata Sun Paradjoti, Direktur Program IPPF ESEAOR, di hadapan peserta Workshop.
Impact evaluation, menurut Sun merupakan sebuah evaluasi yang mencoba mempertanyakan apakah program-program yang kita jalankan memang meiliki hasil secara nyata di lapangan. Selama ini orang selalu mengatakan sulit untuk mengukur impact semacam ini. Tetapi sesungguhnya sangat mungkin untuk dilakukan. “Salah satunya dengan memnggunakan operation research,” lanjutnya.
Operation Research akan membedah dengan jelas hasil yang dicapai oleh program. Sun mengambil contoh, program penguatan kapasitas yang dikembangkan di 6 organisasi cabang di Vietnam. Program ini akan mendorong salah satunya keterlibatan remaja dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Apabila enam organisasi yang diintervensi ternyata memiliki perkembangan yang sama dengan yang tidak diintervensi, maka program ini gagal. Dalam konteks Indonesia, jika komunitas desa yang diintervensi perkembangannya sama dengan komunitas yang tidak diintervensi, maka program ini gagal karena tidak memiliki impact.
Impact evaluation cukup mendapatkan perhatian dari para peserta workshop, karena memang langkah ini seringkali dilupakan. PKBI DIY akan menerapkan impact evaluation ini untuk melkihat satu tahun program pengembangan komunitas desanya. “Kita sudah memiliki kerangka kerjanya, hanya saja tidak dinamakan impact evaluation,” kata Mukhotib MD, Direktur Pelaksana Daerah PKBI DIY. []