Hari Remaja Internasional, juga dikenal sebagai International Youth Day, dirayakan di seluruh dunia pada tanggal 12 Agustus 2023. Perayaan Hari Remaja Internasional pertama kali diadakan pada tahun 2000 dengan tujuan untuk memperingati isu-isu yang berkaitan dengan para remaja. Acara ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai program-program yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, acara ini juga berfungsi sebagai wadah bagi para remaja untuk bertukar pikiran dan berdiskusi.
Dalam konteks ini, Youth Forum Gunungkidul, yang fokus pada isu-isu yang melibatkan para remaja, juga merayakan hari ini dengan meriah. Dengan dukungan dari PKBI Gunungkidul, acara ini diselenggarakan di Kandang Oguts dengan tujuan melibatkan semua pengunjung. Kegiatan tersebut mencakup diskusi santai, menonton film bersama, dan peluncuran situs web baru.
Hadir dalam acara diskusi, Elvita Dewi, Ketua PKBI Gunungkidul, dan Agus Pratitis, Ketua Youth Forum Gunungkidul periode 2020-2022. Dalam diskusi ini, Agus membahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh para remaja saat ini. Agus berpendapat bahwa remaja adalah masa perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Parameter peralihan ini tidak hanya ditentukan oleh usia, melainkan juga oleh perkembangan fisik dan psikologis, yang berbeda-beda antara individu. Oleh karena itu, masa remaja setiap orang berbeda.
Dari perspektif orang dewasa, Dewi menambahkan bahwa remaja adalah anak-anak yang sedang mengalami masa pubertas. Rentang usia ini biasanya terjadi dari tingkat SMP hingga SMA. Sebagai kritik, ia menyampaikan gaya pengasuhan orang tua masih mengacu pada praktik zaman dahulu, sedangkan dengan perkembangan zaman dan teknologi remaja saat ini telah jauh berubah.
Diantara masalah umum yang dihadapi oleh para remaja adalah overthinking. Kecenderungan remaja untuk terlalu memikirkan berbagai hal, termasuk sekolah, masa depan dan lingkungan pergaulan. Hal ini sering disebabkan oleh ketidakstabilan pada masa remaja. Rasa kesulitan dalam menemukan teman yang dapat diandalkan untuk berbicara, ketidaknyamanan dan ketidakpercayaan seringkali mencegah para remaja untuk mencari bantuan dari orang dewasa melalui konseling.
Agus menambahkan bahwa jika seorang remaja membutuhkan tempat untuk “berbicara” (yang dikenal dengan istilah “sambat” saat ini), sebaiknya mereka mencari platform yang menangani masalah-masalah ini. Remaja dapat mengakses layanan konseling dari PKBI, puskesmas, rumah sakit atau lembaga-lembaga terkait. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan permasalahan yang dihadapi oleh para remaja.
Acara dilanjutkan dengan menonton bersama sebuah film pendek yang mengangkat isu hak atas tubuh. Dari film ini, disampaikan bahwa remaja pun berhak menentukan pilihan atas tubuhnya. Jika selama ini pilihan orang tua selalu dianggap yang paling tepat, dalam film ini ditunjukan bahwa bisa jadi hal yang dipilihkan oleh orang tua belum tentu sesuai dengan keinginan anak.
Dari acara ini, terlihat bahwa para remaja menggambarkan dengan berbagai cara bahwa mereka mampu berkembang di tengah-tengah tantangan yang dihadapi. Mereka menunjukkan keberanian dan tanggung jawab terhadap tindakan mereka, membuktikan bahwa mereka dapat tumbuh dan berkembang di tengah kesulitan.