Wates (PKBI News Network) – PKBI Kulonprogo bersama dengan sejumlah remaja desa Ngestiharjo, Wates mengadakan diskusi terkait hak kesehatan reproduksi dan seksual. Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama antara PKBI Kulonprogo, perangkat desa dan PIKR desa Ngestiharjo.
Diskusi yang dilakukan pada Minggu, 18 Oktober 2015 ini merupakan rangkaian program PKBI Goes to School yang mana tidak hanya mengintervensi remaja sekolah namun juga menjangkau remaja desa Ngestiharjo salah satu desa dampingan PKBI Kulonprogo. Diskusi ini bertujuan agar remaja desa tahu mengenai hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual sehingga harapannya adalah ketika remaja sudah tahu akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual mereka dapat menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab.
Diskusi dibuka oleh Ibu Aris Zhurkhasanah sebagai Kepala Desa Ngestiharjo.”Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini tak lupa saya juga berterima kasih atas inisiasi adanya kegiatan sosialisasi yang menyangkut kesehatan seksual dan reproduksi ini, yang mungkin selama ini masih dianggap tabu dan masih belum tersampaikan dalam kegiatan desa,”ungkap beliau.
Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh remaja desa, perangkat desa dan PIKR desa Ngestiharjo, akan tetapi mendapat respon positif dari orang tua remaja desa yang juga diundang dalam diskusi ini. Orang tua dari remaja desa ini dilibatkan harapannya agar orang tua juga berperan dalam tumbuh kembang anak sehingga menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab.
“Orang tua sengaja diundang dalam diskusi ini untuk diberikan gambaran dan pemaparan mengenai pola asuh anak sehingga diharapkan bukan hanya dari remaja saja yang berperan dalam pencegahan resiko reproduksi namun orang tua juga mampu mengarahkan anak secara efektif baik secara bersama atau sendiri untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak baik secara psikis atau fisik,” ungkap Wahyu sebagai fasilitator.
Tidak hanya membahas tentang pola asuh anak dan resiko reproduksi, dalam kesempatan ini Wahyu sebagai CO komunitas desa sekaligus fasilitator dalam diskusi ini juga mengajak peserta diskusi untuk melihat banyaknya kasus KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) yang terjadi di sekitar kita. “Pada dasarnya KTD disebabkan oleh kurangnya informasi menyangkut dirinya, adanya dorongan seksual yang tak terkendali, serta adanya pemerkosaan maupun ancaman. Sehingga remaja perlu memperbayak pengetahuan mengenai kespro dan seksual agar mampu melindungi dirinya dari resiko reproduksi dan seksual,”ungkapnya.
“Akibat yang ditimbulkan dari remaja yang mengalami KTD ini sangat beragam, jika si remaja masih sekolah konsekuensi terburuk yang akan didapatkan adalah dikeluarkan dari sekolah. Sehingga tidak sedikit yang memutuskan untuk melakukan aborsi yang tidak aman yang justru akan menyebabkan kematian. Selain itu, jika ia memutuskan untuk melanjutkan kehamilannya maka kemungkinan yang terjadi adalah ia belum siap mengasuh dan membiayai anaknya tersebut sendirian, sehingga sekarang tidak sedikit kasus penelantaran dan pembuangan bayi,”imbuhnya.
Kontributor: Dhini Susan
Editor : Aprilia Ike