Suasana meriah terlihat di sepanjang Malioboro pagi itu. Dimulai dari lapangan parkir Abu Bakar Ali, rombongan berjalan menuju pelataran Museum Serangan Oemoem 1 Maret, Malioboro, Yogyakarta pada Senin (1/12). Atraksi seni barongsai memimpin di depan diikuti rombongan dari beberapa universitas dan elemen masyarakat.

Longmarch tersebut merupakan salah satu rangkaian acara dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember. Di pelataran Museum SO 1 Maret telah siap panggung dan kursi-kursi yang tertata rapi. Tampak beberapa pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat menghadiri acara tersebut. “Jumlah penderita HIV-AIDS yang terus meningkat tentunya menjadi keprihatinan kita semua. Di Yogyakarta sendiri, hingga akhir November 2008 telah tercatat sebanyak 565 penderita HIV positif. Faktor resiko penularan tertinggi adalah melalui narkoba suntik dan heteroseksual,” kata Drs. Riswanto, M.Sc, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Yogyakarta.

Riswanto menuturkan, berdasarkan data itu perlu peran serta dari berbagai elemen masyarakat. “Bukan hanya pemerintah maupun lembaga-lembaga yang peduli dengan permasalahan HIV-AIDS, tetapi semua lapisan masyarakat wajib untuk menanggulangi dan mencegah penyebaran virus ini.”

Ketika ditanya tentang isu Anti Retroviral (ARV), obat yang dikonsumsi orang terinfeksi HIV, yang beberapa waktu lalu sempat tersendat distribusinya, Riswanto menjelaskan, kelangkaan ARV karena stok menipis. Sekarang stok telah tersedia cukup banyak dan tidak perlu khawatir akan kekurangan ARV. “Di beberapa rumah sakit besar di Yogyakarta telah tersedia klinik untuk melayani masyarakat yang hendak memeriksakan darahnya atau VCT (Voluntary Counseling and Testing) guna mengetahui status HIV-nya,” ujar Riswanto.

Lalu bagaimana dengan rumah sakit di daerah kabupaten/kota? “Memang untuk saat ini RSUD Sleman belum mempunyai klinik layanan VCT. Biasanya pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang telah memiliki layanan VCT. Program yang ada hingga 2009 masih terfokus pada Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan. Namun ke depannya akan dibuka layanan VCT,” kata Harry, Direktur Pelaksana Cabang PKBI Sleman.

Pada kesempatan yang sama diumumkan pemenang PKBI Award untuk blogger terbaik. Luh Ikha Widari , blogger dari Bali menjadi pemenang dalam award ini. Ikha mengatakan masyarakat masih butuh informasi yang lebih banyak dan lebih jelas seputar HIV-AIDS. Melalui blog ia hendak membagi informasi kepada masyarakat tentang HIV-AIDS. Apalagi Bali termasuk wilayah rentan terpapar virus ini. “Harapan saya peringatan Hari AIDS jangan hanya menjadi seremoni, yang lebih penting bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS serta penanganan bagi seseorang yang telah terinfeksi virus . Sekarang ini bukan waktunya lagi berdebat tentang masalah, HIV-AIDS penyakit orang yang tidak bermoral karena setiap orang berpotensi sama terinfeksi HIV,” katanya.

Meskipun kampanye memerangi virus ini telah digiatkan namun diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) masih terjadi. “Diskriminasi terhadap ODHA masih sering terjadi, misalnya dikucilkan oleh masyarakat atau dikeluarkan dari tempat dia bekerja. Untuk itu kami siap membantu bagi teman-teman yang merasa haknya tidak terpenuhi utamanya dalam hal kesehatan,” ujar Joe Margun, Koordinator LETAK (Lembaga Tranformasi dan Advokasi Kesehatan), sebuah lembaga yang fokus pada pembelaan hak-hak seseorang dalam hal kesehatan.

Desi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *