Juliaz Peres, pendatang baru dalam dunia rekaman, meluncurkan album perdananya di bawah tajuk ‘Kamasutra’. Album ini menjadi perhatian publik karena dalam kemasannya diberi bonus kondom, bukan karena lagu-lagunya yang menjadi hit ataupun keping cd dan pita kasetnya yang terjual bak kacang goreng. Sehingga Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan pun, berkomentar keras atas peluncuran album Julia Perez. Hanya saja, kita tidak terkejut sama sekali, karena pasti telinga para aktivis HIV dan AIDS sudah hapal benar, manakala bersentuhan dengan soal kondom. Tak jauh dari anggapan dan keyakinan, mendorong terjadi seks bebas. Dan memang selalu itu saja yang muncul, dan ini pula yang diteriakkan oleh sang Ibu Menteri.

Kita semua paham, pasti ada selalu terselip niat baik dalam tindakan yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS. Julia juga memiliki niat yang sama, seperti para aktivis yang lain. Siapa tahu dengan model penyebaran kondom melalui albumnya, bisa menjadi kontribusi sekecil apapun di tengah-tengah terus meningkatnya angka-angka atau kasus HIV di Indonesia. Salahnya, karena dalam album itu tidak diberi tulisan ‘untuk penanggulangan HIV dan AIDS’. Tentu, kita bisa menerima juga niat baik Ibu Menteri dengan teriakannya terhadap album ini. Setidaknya, ia berada di baris depan untuk segera menyandang pendekar dengan penuh prinsip-prinsip moralitasnya.

Pasalnya kemudian, kita saat ini memang dihadapkan pada sederet niat baik, yang tidak selalu, niat baik seseorang bisa dianggap sebagai niat baik bagi orang yang lain. Apalagi, ketika seseorang yang menentukan niat itu menjadi baik atau buruk menggunakannya sebagai medium pencapaian kepentingan-kepentingan yang tersembunyi. Dan atau menggunakan ukuran-ukuran baik secara sepihak. Ini menjadi semakin ruwet adanya.

Mencari ruwet renteng penyebab problem seperti ini, bagi kita yang meyakini dialog, tentu saja dan pasti adalah ketiadaan informasinya jelas. Lalu dengan sikap yang tidak berpikir panjang meneriakkan sebuah pengadilan atas niat baik. Mungkin saja, Ibu Menteri belum mencoba melihat secara sungguh-sungguh, bagaimana trend kenaikan angka kasus saat ini ada di kalangan perempuan. Kalau dalam kasus keterpaparan melalui hubungan seks, tentu saja, karena mereka melakukannya dengan tidak aman, dengan tidak menggunakan kondom. Kalau fakta ini disadari, mungkin Ibu Menteri akan menyembut berbeda dengan niat baiknya Julia.

Kini, kita was-was, dan kemungkinanya bisa mencapai 90% adalah reaksi keras dari masyarakat, yang salah satunya adalah berbagai tindak kekerasan dan tentu saja akan melahirkan perusakan-perusakan dan bentuk-bentuk pengadilan sosial yang lain. Situasi ini yang sudah seharunya menjadi kesadaran semua elit politik dan pemerintahan, sebelum mereka berteriak tentang hal-hal yang menyangkut dan atau berbau moralitas.[]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *