Jumlah penderita HIV dan AIDS dari tahun ke tahun
terus meningkat. Bukan hanya terjadi pada kelompok-kelompok yang selama ini
dianggap berisiko tinggi terpapar HIV, tetapi sudah merambah pada kelompok
masyarakat secara umum. Semua orang memiliki potensi terpapar HIV, bahkan bayi
sekalipun. Tempat kerja merupakan wilayah yang sangat mungkin menjadi medan
pemaparan virus ini. Demikian, antara lain gagasan yang berkembang dalam
Workshop Pengembangan Kebijakan HIV dan AIDS di tempat kerja, 22-23 April 2008
di PKBI DIY.

Program yang diinisiasi HIVOS, sebenarnya mendasarkan
diri pada pembacaan-pembacaan problem ini. Sebuah upaya untuk melakukan
intervensi pencegahan HIV melalui mekanisme kebijakan organisasi untuk staff
dan keluarganya. ”Saat kita memperjuangkan hak-hak ODHA di tengah masyarakat,
kita harus memperjuangkan di lingkungan kita sendiri, seperti di tempat kerja
kita,” kata Shita Laksmi, Program Officer ICT/Media dan HIV dan AIDS HIVOS, di
sela-sela acara workshop.

Shita menambahkan, program ini merupakan proyek
HIVOS pertama di Asia Tenggara. Untuk sementara masih melibatkan dua mitra
HIVOS, PKBI DIY yang dinilai sangat dekat dengan isu HIV dan AIDS dan Combine Yogyakarta.
”Ke depannya, kita akan mengadakan workshop ini di mitra HIVOS yang lain,
sehingga diharapkan setiap mitra HIVOS ada kebijakan mengenai pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS terhadap stafnya,” lanjutnya.

Untuk merealisasikan program ini HIVOS bekerjasama
dengan Komite Kemanusiaan Indonesia (KKI). Menurut Oyo Zakaria, workshop ini
merupakan pengalaman pertama, karena selama ini mereka bekerja untuk mendorong
perusahaan-perusahaan atau dunia profit.
”Selama ini masih banyak kasus karyawan yang mengalami stigma dan
diskriminasi ketika status HIV positifnya diketahui oleh rekan kerja dan
pimpinan perusahaan,” katanya.

Menurut Oyo, perlakuan diskriminatif yang sering dialami,
misalnya, pengucilan terhadap karyawan sampai pada pemecatan. Dalam situasi
ini, karyawan tidak memiliki kekuatan untuk melawan perlakuan yang tidak adil
terhadapnya. ”Dengan adanya kebijakan HIV di tempat kerja untuk menanggulangi
HIV dan AIDS, akan terpenuhi hak-hak ODHA dan terhapusnya stigma,” lanjutnya.

Desi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *