Pemanasan global, mungkin kedua kata tersebut sudah sering kita baca. Entah membaca di media massa, di media elektronik ataupun poster-poster di pinggiran jalan. Pemanasan global memang topik yang sedang hangat untuk diperbincangkan akhir-akhir ini.

Dari tadi bicara pemanasan global, tapi kalian sendiri tahu nggak sih apa itu pemanasan global? Definisi pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa balahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu. Efek rumah kaca adalah penyebab sementara pemanasan global dan perubahan iklim adalah akibatnya.

Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud salah satunya adalah peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional. Dan apa kalian sudah memikirkan dampak-dampak dari perubahan iklim tersebut? Let’s check this out…Menurut perkiraan sekitar tahun 2100-an besok, temperatur atmosfer akan meningkat 1,5 – 4,5 derajat celcius. Jika pendekatan yang digunakan hanya “wait and see, and do nothing”. Maka akan berdampak  pada, Musnahnya berbagai keanekaragaman hayati.

  1. Musnahnya berbagai keanekaragaman hayati
  2. Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir.
  3. Mencairnya es di kutub.
  4. Meningkatnya jumlah tanah yang kering yang berpotensial menjadi gurun karena kekeringan yang
    berkepanjangan.
  5. Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas.
  6. Meningkatkan  frekuensi kebakaran hutan.
  7. Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah-daerah baru karena bertambahnya populasi nyamuk.
  8. Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.

Dari efek – efek yang sudah aku paparkan diatas, kita sebagai “generasi muda yang cinta lingkungan” itu sendiri apakah hanya bisa melihat tanpa melakukan suatu hal untuk menyelamatkan bumi kita? Sebenarnya nggak perlu aku jelaskan bahwa kita hanya mempunyai satu bumi. Dan sebisa mungkin kita harus menjaganya sebelum semuanya terlambat.

Menurut aku pribadi, bila satu rumah di dunia ini diharuskan memiliki lahan hijau seluas minimal 1 hektar, dan penggunaan bahan bakar fosil dapat dikurangi seperti meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, dan ehem – ehem, pengguna jalan raya yang hampir didominasi anak remaja usia SMP dan SMA itu sendiri bisa lebih ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor mereka dengan cara berjalan kaki
atau naik sepeda atau kalau mau yang lebih cepat naik trans Jogja (hehehe, ini sekedar masukan, kawan!), serta mengurangi penggunaan pendingin ruangan dan kulkas yang hasil pembakaran mesin tersebut menghasilkan gas freon yang menyumbang sebagian besar terjadinya efek rumah kaca, maka terjadinya bancana global pun dapat diperlambat bila semua  yang telah aku paparkan direalisasikan.

Untuk merealisasikan semua itu, tak hanya para “generasi muda yang cinta lingkungan” saja yang move on tapi butuh kerjasama para penghuni bumi lainnya juga dan untuk memulai langkah sebesar itu, diperlukan sekali kesaadaran akan STOP GLOBAL WARMING yang dimulai dari diri sendiri. Dengan memberi teladan pada masyarakat dunia yang lain maka semua itu akan terlaksana dengan baik. Ada pepatah pernah berkata, “Satu teladan lebih baik daripada seribu nasehat”.

Dindadari Arum Jati (SMA Negeri 5 Yogyakarta)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *