Banyak remaja kota kini semakin berani buat ngelakuin hubungan seksual pranikah. Hasil ini berkaitan banget dengan hasil sebuah penelitian, bahwa10-12% remaja di Jakarta mempunyai pengetahuan seks yang sangat rendah. Ini mengisyaratkan pendidikan seks buat anak dan remaja perlu diberikan secara intensif, baik di sekolah atau di rumah.
“Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang nggak tau sama sekali”. Kata bijak ini ternyata juga berlaku buat remaja tentang pengetahuan seks, walaupun ketidaktahuan bukan berarti malah lebih baik. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan RS Dharmais menunjukkan 16-20% remaja yang berkonsultasi padanya telah melakukan hubungan seks pra
nikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik.
Fenomena banyaknya pasangan remaja yang berhubungan dengan calo jasa pengguguran dan penggunaan obat-obatan pencegah kehamilan, seperti dikutip dr Boyke menunjukkan pengetahuan seks yang sangat rendah. Pengetahuan seks yang sangat rendah ini bisa dilihat dari banyaknya mitos soal hubungan seks yang masih banyak dipercaya remaja. Contohnya kalo cuma satu kali ngelakuin hubungan seksual gak bakal hamil, terus jingkrak-jingkrak atau mandi sampai bersih setelah ngelakuin hubungan seksual bisa mencegah terjadinya kehamilan (padahal nggak juga tuhh…)
Pengetahuan seks yang cuma setengah-setengah ternyata gak cuma bikin remaja penasaran dan pengen coba-coba, tapi malah bikin salah persepsi. Misalnya berciuman atau berenang di kolam yang “tercemar” sperma bisa bikin hamil, mimpi basah dikira kena penyakit kotor, kecil hati gara-gara ukuran penis kecil, sering onani bikin impotensi.
Beberapa akibat yang memprihatinkan dan kurangnya info tentang seksualitas adalah terjadinya praktek aborsi (pengguguran kandungan) tidak aman dengan berbagai resikonya, kena infeksi menular seksual, termasuk HIV. Bandingkan aja sama temuan Marlene M. Maheu, Ph.D.,psikologi di California, AS yang nyebutin bahwa setiap tahunnya dari 18 remaja AS hamil sebelum menikah. Satu dari 5 persen orang terpapar HIV saat remaja.
Ngeliat kenyataan itu, pendidikan secara intensif sejak dini nggak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi nginget, “Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual!” tegas dr. Boyke.
Lalu survei oleh WHO tentang pendidikan seks ngebuktiin bahwa pendidikan seks bisa ngurangin dan nyegah terjadinya hubungan seks yang berganti-ganti pasangan, sekaligus dapat ngurangin penularan penyakit-penyakit akibat hubungan seks tidak aman.
Disebut juga, pendidikan seks harus masukin isu hak-hak asasi manusia, dan nilai-nilai kultur serta agama diikutsertaiin sehingga dapat menjadi pendidikan moral. Tapi ternyata, “Pendidikan seks di Indonesia masih mengundang banyak kontroversi. Orang-orang masih belum menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di sekolah”, tutur dr. Gerard Saat, Konsultan Keluarga RS Saint Carolus. Biar dikata buat pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara soal seks masih mendekam dibenak sebagian masyarakat. Akibatnya anak-anak yang beranjak remaja nggak dapetin bekal tentang seks dari ortu. Padahal para remaja kadang suka bertanya, tapi malah disambut ama “bentakan”.
Film, buku, novel, majalah and komik dampaknya tentu dapat kemana-mana. Antara lain dalam milih konsumsi tontonan di TV yang masih berat ama tayangan film barat ama budaya and gaya hidup yang berbeda ama kita. Tapi ternyata informasi kayak gini nggak bisa kita hindarin, peranan ortu buat ngasih pengertian menjadi penting. Minimnya pengetahuan seks dan mudahnya dapetin prasarana buat ngelakuin seks sebelum nikah.. Semua itu termasuk faktor yang ikut mempengaruhi remaja ngelakuin seks sebelum nikah dan kumpul kebo atau apalah…
Dalam pendidikan seks nggak cukup hanya dilakuin satu atau dua kali aja. Karenanya pendidikan seks mestinya jadi bagian penting dalam pendidikan di sekolah. Pendidik wajib ngelurusin informasi yang salah disertai penjelasan resiko perilaku seks yang salah.
Pada saat remaja perempuan maupun laki-laki mulai pacaran di usia yang cukup, mestinya nggak perlu dilarang-larang. Berpacaran secara sembunyi-sembunyi karena nggak diberi kepercayaan atau malah nggak dibolehin sama sekali, malah nggak menguntungkan. Karena…kebanyakan kasus kehamilan pra nikah umumnya dilakuin oleh mereka yang pacaran yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi tadi atau back street istilahnya.
Penjelasan mengenai resiko ngelakuin hubungan seks sebelum nikah perlu ditekanin. Umpamanya kehamilan, kemungkinan terinfeksi HIV atau tertular penyakit kelamin lainnya kalau gonta-ganti pasangan. Kalo terjadi kehamilan dan kandungan terpaksa digugurin, mereka harus menghadapi kemungkinan terjadinya pendarahan, infeksi, kemandulan, bahkan kematian.
Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka kalau ngelakuin hubungan seks pra nikah itu nggak ada untungnya. Ini terbukti ketika dr. Boyke membagikan kuesioner kepada remaja. Jawaban mereka sebelum dan sesudah mendengarkan ceramah bertolak belakang. Sebelum seminar mereka rata-rata menyetujui hubungan seksual pra nikah, tapi sesudahnya 90% peserta menyatakan nggak setuju. Tapi nggak tahu kemana harus memperoleh informasi yang benar.
Nah, dari uraian diatas dapat disimpulin kalo kita semua ternyata membutuhkan pendidikan KESPRO (kesehatan reproduksi). Informasi yang salah dan sumber yang nggak jelas asal usulnya malah bisa ngebahayain remaja, dan informasi yang cuma setengah-setengah malah bikin penasaran and pengen coba-coba aja. Nah lho… kalo mereka sampe salah coba? Kan malah bahaya tho?
Jadi biar kita semua nggak salah dan nggak cuma dapet ilmu yang setengah-setengah, maka kita perlu dapet yang namanya Pendidikan Kespro yang tepat dan akurat, dari sumber yang tepat pula dan dapat dipertanggungjawabkan, nggak cuma sekedar kata orang aja.
Informasi-informasi itu bisa kita dapetin dari sekolah atau malah keluraga kita sendiri. Jadi kalo KESPRO MASUK MULOK sih kita ya setuju-setuju aja, no problem gitu lho. Supaya para remaja, kususnya pelajar nggak katrok sama yang namanya KESPRO. Nah sekarang kalo menurut temen-temen sendiri gimana? Setuju atau nggak nich kalo KESPRO MASUK MULOK?***
(Alya dan Leo SKANSA)