Perempuan menjadi rentan terhadap penularan HIV dan AIDS karena posisi relasi kuasanya yang timpang. Kalau tidak bisa membaca akar persoalan ini, maka yang akan dianggap rentan hanyalah kelompok perempuan yang selama ini dianggap dalam kelompok resiko tinggi, seperti perempuan pekerja seks. Hal ini disampaikan dalam Peningkatan Kapasitas Mitra Stop AIDS Now (SAN)hari ini, di Puri Avia Bogor.

Kerentanan yang dihadapi perempuan dalam konteks relasi kuasa ini terus dilanggengkan melalui berbagai sistem sosial, seperti nilai-nilai atau norma sosial yang berlaku, tradisi-tradisi yang menempatkan perempuan dalam situasi yang tidak berdaya. “Ada tradisi sunat di Indonesia, yang untuk mendinginkan laki-laki melakukan hubungan seks dengan perempuan,” katanya.

Pada situasi seperti ini yang menjadikan perspektif Gender dan HAM harus digunakan dalam seluruh proses penanggulangan HIV dan AIDS. Karena dengan perspektif ini, agenda-agenda gerakan bisa menjadi lebih tajam dan memihak kepada perempuan. “Gender membantu kita untuk melihat ketimpangan relasi sebagai akar persoalan kerentanan terhadap perempuan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *