Diskusi Gender di Sekolah Kespro

Kontruksi gender yang timpang dapat ditemui di segala lini kehidupan, mulai dari keluarga, sosial hingga ranah kebijakan. Para pemegang kebijakan masih memegang nilai patriarki yang menganggap laki-laki mempunyai derajat lebih tinggi daripada perempuan, sehingga kebijakan yang dihasilkan selama ini belum memiliki perspektif gender.
Demikian disampaikan Budi Wahyuni, Ketua Pengurus Harian Daerah PKBI DIY, yang menjadi narasumber pada Sekolah Kespro di ruang multimedia Youth Center PKBI DIY, Selasa (28/1). Sekolah Kespro yang diadakan pertama kali ini mengangkat tema ‘Gender’ dan mengundang Budi Wahyuni, sebagai narasumber.

Dalam diskusi tersebut, Budi Wahyuni menjelaskan secara terperinci pengertian gender. Gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan antara peranan atau kedudukan antara perempuan dan laki-laki. Peranan tersebut dibangun dengan mitos-mitos yang berkembang dalam masyarakat, seperti perempuan itu identik lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa.
“Sifat-sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan dalam konsep gender dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu,” kata Budi.

Budi melanjutkan, adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, berakibat pada dibebankannya semua pekerjaan domestik sebagai tanggung jawab perempuan. Oleh masyarakat, pekerjaan domestik dinilai lebih rendah dibandingkan jenis pekerjaan lain yang biasa dikerjakan laki-laki. Karena anggapan ini, sejak dini perempuan telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka, dan di lain pihak, laki-laki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik. Semua ini telah memperkuat pelanggengan secara kultural dan struktural beban kerja kaum perempuan.

Sekolah Kespro ini sendiri merupakan komitmen PKBI DIY dalam memberikan infromasi yang berkesinambungan dan komprehensif kepada relawan dan masyarakat.

“Untuk triwulan pertama (Januari – Maret) Sekolah Kespro akan diadakan 2 minggu sekali,” ujar Mukhlis, Koordinator Divisi Diklat PKBI DIY.

Putri Pramesti, peserta Sekolah Kespro, mengaku senang bisa bergabung dalam kegiatan tersebut karena bisa mempelajari hal baru.

“Senang juga bisa bertemu dengan kawan-kawan remaja dari organisasi remaja, yaitu Youth Forum yang cukup ramah padahal saya baru sekali ini bergabung,” tambah Putri. (Fita Purwantari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *