Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia (359 per 100.000) menjadikan Indonesia gagal mencapai target MDG’s pada 2015 (102 per 100.000). Jumlah kematian ibu di Yogyakarta di tahun 2010 sebanyak 43 kasus, pada tahun 2011 sebanyak 56 kasus, tahun 2012 sebanyak 40 kasus, terdapat 46 kasus di tahun 2013 dan 40 kasus di tahun 2014. Penyebab kematian ibu menurut dinas kesehatan DIY, penyebab kematian langsung adalah hipertensi dalam kehamilan, komplikasi puerperium, perdarahan dan penyebab tidak langsung adalah penyakit yang telah diderita. Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih tinggi, bahkan tertinggi di Indonesia. Tercatat angka kematian ibu melahirkan 91 orang per 100.000 proses melahirkan dan angka kematian bayi menembus 57 jiwa per 1000 kelahiran pada tahun 2015.
Fakta permasalahan reproduksi lain adalah Angka Kehamilan tidak Diinginkan (KTD) di Indonesia masih cukup tinggi. Dari data WHO tercatat lebih dari 32 ribu perempuan yang mengalami KTD dalam rentang waktu 2010-2014. Jumlah tersebut menjadi salah satu yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Menurut data Dinas Kesehatan DIY sebanyak 976 kasus KTD terjadi di Yogyakarta. Resiko reproduksi lainnya adalah perkawinan di usia anak. Pada tahun 2015 terdapat 132 permohonan dispensasi kawin di Sleman, 45 permohonan dispensasi kawin di Kulon progo, 108 permohonan dispensasi kawin di Gunungkidul, 35 permohonan dispensasi kawin di Kota Yogyakarta dan sampai Juli 2015 terdapat 70 permohonan dispensasi kawin di Bantul. KTD dan perkawinan anak tidak terlepas pada resiko kematian ibu.
Penyebab lain kematian ibu adalah praktik aborsi tidak aman. Meskipun data akurat AKI akibat praktik aborsi tidak aman tidak tersedia, 14 sampai 16% AKI di Asia Tenggara terjadi akibat perdarahan, infeksi dan genital trauma sebagai konsekuensi prosedur atau praktik aborsi yang tidak aman. 53 – 55 Perempuan meninggal karena Aborsi yang tidak aman sehingga menyumbang tingginya Angka Kematian Ibu.
Kematian ibu adalah kematian yang dapat dicegah. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dilakukan program pencegahan kematian ibu, peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi di usia produktif, peningkatan kualitas kesehatan ibu hamil, peningkatan kualitas kesehatan ibu bersalin dan nifas serta penanganan dan pencegahan komplikasi. Program lain yang sudah dilakukan adalah layanan kesehatan reproduksi remaja yang diwujudkan dalam pelayanan kesehatan peduli remaja. Layanan KB juga sudah tersedia tetapi sampai saat ini alat kontrasepsi hanya untuk pasangan yang sudah menikah. Program sudah dijalankan, tetapi permasalahan masih terjadi. Refleksi dan diskusi menjadi penting untuk mengetahui penyebab dan mencari solusi.
PKBI DIY sebagai lembaga non pemerintah yang memiliki kepedualian terhadap isu kesehatan reproduksi memandang bahwa kematian ibu adalah permasalahan yang perlu dicari solusinya bersama baik dari unsur pemerintah, akademisi maupun dari pihak swasta yang berkecimpung dalam isu kesehatan reproduksi. Dalam rangka memperingati hari kartini, PKBI DIY bekerjasama dengan PKBI NTB, dan Pusat Pengarusutamaan Gender dan Hak Anak (P2GHA) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta akan mengadakan diskusi publik dengan tema “Kematian Ibu, FAKTA yang tidak bisa diabaikan” yang akan dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Sabtu, 30 April 2016
Waktu : 08.30-13.00 WIB
Tempat : Ruang Rapat IV Gedung LP2M (Rektorat Lama) Lt.2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Peserta : Umum (Terbatas) | Mitra dan jaringan PKBI DIY
Untuk informasi lebih detail terkait kegiatan ini silakan hubungi Aprilia Ike di 085606377474 atau Email : avrielsavega@gmail.com