Berbagai strategi dikembangkan untuk
mendukung para perempuan calon legislatif dalam memenangkan kompetisi
politik pada Pemilihan Umum 9 April 2009 mendatang. Peringatan Hari
Perempuan Internasional, tanggal 8 Maret (besok) akan menjadi medan
momentum untuk menyuarakan dukungan terhadap perempuan calon
legislatif agar mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Seprti
himbauan nasioanl yang dikeluarkan Lembaga Partisipasi Perempuan
(LP2). “Dukung dan pilih calon legislatif (Caleg) perempuan,”
kata Adriana Venny, Ketua Dewan Pembina LP2 dalam press release untuk
memperingati Hari Perempuan Internasional ini.
Jaringan Perempuan Jogjakarta (JPJ),
yang sudah melakukan kontrak politik dengan para perempuan calon
legislatif. Sebagaimana disebarkan dalam milist jaringan perempuan
jogja, beberapa kesepakatan sudah diambil bersama para perempuan
calon legislatif, yang salah satunya untuk terus memajukan hak-hak
perempuan. Seperti halnya LP2, JPJ juga mengambil momentum Hari
Perempuan Internasional, yang akan dirangkai dengan berbagai kegiatan
lain, seperti turun ke jalan besok (8/3).
Adriana Venny, mengatakan, banyak
alasan kenapa harus memilih perempuan calon legislatif. Banyak
persoalan yang berkaitan dengan kehidupan perempuan di Indonesia,
perdagangan manusia, kekerasan domestik, kekerasan seksual, tingginya
angka kematian ibu melahirkan, diskriminasi upah, pengabaian hak-hak
reproduksi perempuan, pengabaian hak-hak buruh migran, pekerja rumah
tangga dan sebagainya. “Hingga hari ini belum terselesaikan,”
katanya.
Duduknya para perempuan di parlemen setidak-tidaknya,
akan menjanjikan terselesaikannya berbagai persoalan yang dihadapi
perempuan. Sedikitnya perempuan yang duduk di parlemen menunjukkan
banyak persoalan baru dalam masyarakat dan belum responsif jender.
Hasil Pemilu 2004, keterwakilan perempuan di parlemen nasional hanya
12% dan sempat memunculkan kekecewaan Komite Pengawas Pelaksanaan
CEDAW, sebagaimana dikeluarkan dalam “Concluding Comment” yang
dikeluarkan pada tahun 2007 atas rendahnya perempuan dalam parlemen.
“Bahkan tercatat, di DPR RI periode terakhir melorot hingga 11,3%
atau dari 550 jumlah seluruh anggota, hanya tinggal 62 anggota
parlemen perempuan saja,” tulis Adriana Venny.
Melihat kinerja anggota parlemen,
menurut Adriana Venny, mendapat rapor merah sebagai pemangku
kebijakan. Hal ini bisa dapat dilihat dari etos kerja yang rendah
dan kinerja yang buruk, seperti anggota parlemen yang korup, tidak
sensitif gender, dan konduite yang buruk, tidak menampilkan wakil
rakyat. “Dampaknya kebijakan-kebijakan yang dilahirkan yang kerap
prematur dan tidak berperspektif gender,” katanya.
Rangkaian
kegiatan dikembangkan LP2 untuk mengkampanyekan Pilih Caleg
Perempuan, seperti Talkshow melalui radio, diskusi publik ”Pentingnya
Perempuan dalam Politik: Sebuah Tinjauan Teologis dan Sosiologis,
Temu Politik Kawula Muda dengan tema ”Peran Kaum Muda dan Perempuan
Dalam Pemilu 2009”.
Ajakan untuk memenangkan perempuan
calon legislatif juga diserukan Gerakan untuk Pemenangan Calon
Legislatif Perempuan 2009, yang akan melakukan aksi damai. Aksi damai
yang mengusung tema “Saatnya Pilih Caleg Perempuan”, untuk
menggalang dukungan publik untuk mendukung dan memenangkan caleg
perempuan di Pemilu 2009. Aksi ini dalam bentuk Longmarch, mengambil
route Hotel Indonesia–Mahkamah Konstitusi-Istana Negara. Peserta
yang akan bergabung dalam aksi ini diperkirakan 1000 orang, terdiri
dari unsur: Lembaga Pemerintah (Meneg PP), Ormas, LSM, Komunitas,
Caleg Perempuan, Parpol, dan lain-lain.
Gerakan ini terdiri
dari berbagai kekuatan masyarakat sipil seperti Ardhanary Institute,
ATKI, FMN, Kaki Lima, Kalyanamitra, Koalisi Perempuan Indonesia
(Seknas), Koalisi Perempuan Indonesia DKI Jakarta, Komseni, LBH APIK
Jakarta, Puskapol UI, Rahima, Seruni, The Habibie Center dan KPMPI.