Meski diharapkan akan bisa efektif
digunakan sebagai pemutus mata rantai transmisi virus, setelah
melalui jalan panjang riset yang terus menerus dilakukan, ternyata
belum juga bisa ditemukan. Kalau bisa ditemukan, akan menjadi efektif
karena perempuan tidak harus melakukan negosiasi dengan pasangannya.
“Kondom memang efektif, selain tidak selalu tersedia, perempuan
seringkali mengalami kesulitan untuk meminta pasangannya menggunakan
kondom,” kata Tim Farley, salah seorang anggota team WHO untuk
kontrol infeksi menular seksual, dalam sesi Scientific Research,
seperti dikutip Sunugal, media resmi ICASA 2008.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah
nonoxynol-9 (spermacide yang digunakan secara luas dalam berbagai
produk kontraspesi) dilakukan oleh Program Global WHO untuk AIDS.
Hasilnya, ketika dites tidak mampu membunuh virus, tetapi bagi
kelompok ntertentu malah meningkat resiko. Nonoxynol-9 berefek
iritasi dalam vagina. “Para peneliti meyakini, justru akan
meningkatkan kerentanan bagi yang menggunakan secara terus menerus,”
kata Farley.
Microbicide memiliki mekanisme berbeda
dalam melawan penyakit. Pertama diproduksi bentuknya deterjen,
seperti nonoxynol-9. Produk ini bekerja untuk mencegah virus
mendekati sel yang menjadi targetnya. Dalam uji coba berbagai jenis
produknya, seperti cellulose sulfate, carraguard, menunjukkan hasil
yang mengindikasikan bisa meningkatkan resiko. Untuk carraguard
bahkan sama sekali tidak mencegah transmisi HIV. “Produk PRO 2000
saat ini masih menjalani evaluasi,” katanya.
Kita masih terus berharap riset ini
bisa menemukan microbicide yang efektif untuk mencegah transmisi
virus. Uji coba terus dilakukan, misalnya, terhadap produk Buffer
Gel, yang diharapkan menjadikan vagina akan mampu melindungi dirinya
sendiri, atau produk lainnya, seperti RANTES analog, Cyanovirin dan
Maraviroc. “Kita membutuhkan dukungan politik, finansial dan
dukungan dari komunitas untuk terus melanjutkan riset ini,”
katanya.