Pemberian materi pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) telah memasuki tahun kedua di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun belum menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, masih menjadi sisipan dalam mata pelajaran lain, tetapi mengalami pengembangan yang signifikan. Modul pendidikan kespro telah banyak membantu para guru dalam memberikan informasi seputar kespro kepada anak didiknya. Hal ini terpapar dalam acara Workshop Modul Kesehatan Reproduksi yang berlangsung Kamis (29/1) di aula kantor PKBI DIY, Badran.
Workshop tersebut diikuti oleh para guru yang tergabung dalam Forum Guru Kespro se-DIY. Menurut Dian, salah seorang panitia acara yang juga menjadi koordinator divisi Pendamping Peer Educator (PPE) PKBI DIY, workshop ini adalah yang keempat kalinya. “Setiap semester kita mengadakan workshop seperti ini untuk mengevaluasi pemberian materi pendidikan kespro di SMA. Forum Guru Kespro sendiri juga mengadakan pertemuan rutin setiap bulan. Pada workshop kali ini para guru sendiri yang mengevaluasi modul kespro yang telah dibuat sebelumnya. Materi apa saja yang perlu diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkatan kelasnya.”
Dra. Anis Farikhatin, M.Pd., seorang guru dari SMA Piri I Yogyakarta, menuturkan bahwa masih banyak kendala dalam rangka memasukkan materi kespro sebagai mata pelajaran. “Saat ini materi kespro masih menjadi sisipan mata pelajaran lain. Persoalan yang ada antara lain masih banyak guru yang belum mempunyai pemahaman mendalam tentang materi kespro. Selain itu belum ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk memasukkan pendidikan kespro dalam kurikulum sekolah. Secara pribadi saya merasa khawatir dengan pergaulan remaja saat ini. Jika tidak diarahkan dengan baik maka bisa merusak masa depannya. Untuk itu, kami yang tergabung dalam Forum Guru Kespro se-DIY terus berusaha melakukan advokasi supaya pendidikan kespro dapat menjadi mata pelajaran mandiri,” tegas Anis.
Sementara itu di Kabupaten Sleman terdapat sepuluh SMA yang menjadi mitra PKBI dalam hal pendidikan kespro. Belum lama ini terdapat temuan bahwa pihak PKBI dianggap terlalu mengintervensi kebijakan sekolah. Pihak sekolah belum memahami pentingnya pendidikan kespro bagi para siswanya. Di samping itu beberapa guru belum mendapat dukungan dari kepala sekolah masing-masing apabila akan memberikan materi kespro meskipun hanya disisipkan di mata pelajaran lain. Demikian dituturkan Harry, Direktur Pelaksana Cabang PKBI Sleman. “Untuk itu program kita tahun 2009 ini antara lain mengadakan akselerasi di sekolah yang menjadi mitra PKBI dan targetnya adalah memunculkan sekolah percontohan yang memasukkan pendidikan kespro sebagai materi pelajaran,” lanjutnya.
Desi