Kepercayaan merupakan faktor penting agar NGO bisa bertahan hidup. PKBI DIY mengembangkan berbagai strategi sehingga tetap bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, pemerintah maupun lembaga donor. “Kita baru saja diaudit oleh eksternal auditor sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas publik dalam soal anggaran,” kata Mukhotib MD, Direktur Pelaksana Daerah (Dirpelda) PKBI DIY, saat menerima kunjungan kerja Dinas Kesehatan dan KPA Kabupaten Probolionggo cialis 20mg di Aula Pertemuan PKBI DIY Badran, kemarin (2/10).
Kekuatan lain yang harus dimiliki NGO adalah jaringan kerja. Menurut Mukhotib MD, tanpa dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, gerakan yang dilakukan NGO tidak akan memiliki efek yang berarti. “Apalagi berharap untuk diperhitungkan oleh pemerintah,” katanya.
Strategi inilah yang terus menerus dikembangkan PKBI DIY untuk bisa menjamin keberlangsungan upaya-upaya melakukan pembelaan terhadap hak-hak reproduksi dan seksual masyarakat. Utamanya kelompok-kelompok yang selama initidak diuntungkan oleh seluruh sistem sosial yang dikembangkan. “Selalu ada nilai lebih yang harus ditawarkan,” katanya.
Novianto, Konselor VCT Komunitas PKBI DIY mengatakan bentuk nilai lebih yang dikembangkan misalnya, dalam pengeloaan VCT Center. Sebagai pusat berbasis komunitas pengeloaannya berbeda dengan yang dikembangkan di rumah sakit atau VCT-based Hospital. “Kita jemput bola,” katanya.
Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia sehingga tetap selalu tersedia, menurut Supri Tjahyono Pelaksana Daerah PKBI DIY, selama ini dikembangkan pola rekruitmen relawan dua kali dalam satu tahun. Keinginan tenaga muda untuk menjadi relawan PKBI DIY sangat tinggi. “Dalam rekruitmen relawan angkatan kedua tahun ini ada 90 orang pendaftar. Hanya bisa menerima 17 orang yang dinilai mampu,” katanya.
Tentang daya tarik untuk bergabung, Masharohoel Poedjanadi, Koordinator Program Pengembangan Media dan Pelatihan PKBI DIY, mengatakan banyak hal yang didapatkan di PKBI tetapi tidak didapatkan di lembaga pendidikan. “Sebagai sarjana sosiologi, saya tidak mendapatkan mata kuliah riset aksi di kampus,” katanya.***