Melibatkan Pria dalam Kesehatan Reproduksi

Jakarta, Kompas – Partisipasi pria dalam
kesehatan reproduksi amat diperlukan karena berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan 2007, peningkatan kesehatan ibu masih sangat
lambat yang tampak dari angka kematian ibu pada posisi 259 per 100.000
kelahiran hidup dari 301 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002.

Demikian dikatakan Direktur Pelaksana Pusat Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Inne Silviane pada seminar ”Program Partisipasi
Laki-laki dalam Kesehatan Reproduksi” di Jakarta, Selasa (13/1).

Beberapa aspek lain yang berkontribusi pada status kesehatan reproduksi di
Indonesia dinilai masih stagnan, yakni total fertility rate masih 2,6
dan rata-rata prevalensi penggunaan kontrasepsi hanya naik sedikit
menjadi 61,4 persen.

Kebutuhan kontrasepsi yang belum terpenuhi
tidak berubah pada angka 9 persen, dengan 4 persen perempuan tidak mau
memiliki anak lagi dan 5 persen menunda kehamilan selanjutnya.

Departemen
Kesehatan menyatakan, ada sekitar dua juta kasus aborsi di Indonesia
setiap tahun, sekitar 25 persennya aborsi tak aman dari dukun
tradisional. Sekitar 27 persen adalah mereka yang belum menikah.

Penyebab ini semua adalah rendahnya komitmen pemegang kebijakan untuk menjamin
akses universal bagi publik pada layanan kesehatan reproduksi,
kurangnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan di wilayahnya,
rendahnya pengetahuan, dan kesadaran warga terhadap kesehatan
reproduksi, serta masih rendahnya partisipasi pria (suami).

Kini PKBI bekerja sama dengan JOICFP (Organisasi Jepang untuk Kerja Sama
Internasional di Bidang Keluarga Berencana) dan UNFPA merintis program
partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi di empat desa, yaitu Desa
Anjatan Baru dan Kopyah di Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu; dan
Desa Salawu dan Neglasari di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Program tersebut dimulai tahun 2005. (LOK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *