Sebagai usaha mengembangkan kapasitas penelitian dan mendalami isu yang dikembangkan, PKBI DIY memberikan hibah kepada relawan dan staff yang terpilih untuk melakukan riset. Demikian diungkapkan oleh Direktur Eksekutif PKBI DIY, Maesur Zaky, dalam acara presentasi hasil hibah riset tahap pertama dan presentasi proposal hibah riset tahap kedua, hari ini (19/4) di Lantai III PKBI DIY, Badran.

Zaky menambahkan bahwa PKBI DIY sejak tahun 2009 membuka kesempatan mendapatkan hibah kepada 6 staff dan relawan untuk melakukan penelitian. Tahun ini, lanjutnya, adalah tahun dibukanya hibah riset tahap kedua. Untuk menjamin kualitas penelitian tersebut, PKBI DIY perlu melihat hasil yang sudah dibuat, dan juga proposal untuk tahap berikutnya. “ini kayak semacam ujian hasil dan proposal kalau di kampus,” tambah Zaky.

Suharsih, Koordinator Program Pusat Studi Seksualitas PKBI DIY mengatakan bahwa acara ini digelar untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitian bagi mereka yang sudah merampungkan di tahap pertama, dan mempresentasikan proposal  rencana riset untuk tahap berikutnya. Untuk tahap kedua, ada 4 proposal yang disetujui. “Keempat rencana penelitian tersebut memiliki isu yang beragam. Ada isu tentang melek media di komunitas LGBT Yogyakarta, analisa framing media untuk isu PKBI DIY, kekerasan terhadap difabel perempuan, dan studi maskulinitas dalam budaya remaja laki-laki di Yogyakarta,” jelas Suharsih.

Dalam acara ini, dua peneliti mempresentasikan hasil penelitian mereka. Pertama, Lingga Tri Utama mempresentasikan hasil penelitiannya tentang Strategi Media Yang Efektif dan Efisien di Komunitas Lesbian Yogyakarta. Kemudian diteruskan oleh presentasi Fairy Cahya dengan judul penelitian tentang Hak konsumen KB di Yogyakarta.
Mengomentari kedua hasil penelitian tersebut, Budi Wahyuni, yang menjadi reviewer menggarisbawahi pentingnya kejelasan siapa informan penelitian. Begitu peneliti salah menentukan informan kunci, lanjutnya, bisa jadi data yang diambil tidak bermutu. “Jika demikian, kesimpulannya seringkali akan bersifat normatif, dan dimungkinkan banyak bias kepentingan peneliti di dalamnya,” tegas aktifis perempuan Yogyakarta yang juga peneliti ini.
Budi Wahyuni, yang juga ketua Pengurus Harian Daerah (PHD) PKBI DIY mengatakan bahwa kehati-hatian dalam melakukan penelitian dangat diperlukan. “Khususnya dalam metodologi. Kita ingin menunjukkan bahwa kita bisa menghasilkan riset yang memang benar-benar ilmiah dan dapat

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *