Pendekatan Promosi Kesehatan, mewakili pengambilan keputusan oleh remaja yang hanya efektif jika pengambilan keputusan dapat diambil di lingkungan yang mendukung keputusan itu dan berperilaku sehat. Hal itu dapat diatur dengan kebijakan sekolah, berdasarkan tiga pilar: pendidikan, pelayanan dan iklim sekolah serta organisasi yang mendukung.
Pendidikan dalam kelas dapat diperkuat dengan mengaitkannya dengan pendidikan luar kelas (poster, leaflet, video, teater, dsb). Untuk siswa yang mempunyai pertanyaan dan masalah pribadi, sekolah dapat menyediakan konseling di dalam dan luar sekolah dan rujukan ke pelayanan kesehatan dalam dan luar sekolah.
Pertanyaan dan kebutuhan pribadi dapat diatasi dengan menyediakan fasilitas, misalnya informasi kesehatan seksual di perpustakaan sekolah, akses terhadap kondom, pelayanan konseling, termasuk pihak yang dapat dipercaya untuk mengatasi masalah pelecehan seksual.
Kebijakan sekolah harus menyediakan lingkungan sekolah yang mendukung. Perjanjian resmi dan jenis pendidikan seksualitas haruslah dimasukkan dalam kebijakan sekolah, serta kaitannya antara pendidikan dengan konseling dan pelayanan kesehatan di dalam maupun luar sekolah, dan pelatihan pihak sekolah yang terlibat.
Administrasi sekolah haruslah membentuk staf sekolah dan iklim yang mendukung dengan secara rutin mengadakan pertemuan staf mengenai prinsip pendidikan seksualitas dan membuat perjanjian bagaimana iklim sekolah dapat ditingkatkan agar siswa merasa aman dan diperlakukan secara serius. Peraturan sekolah seperti cara memberikan pendidikan (tanpa diskriminasi gender, ras, agama, orientasi seksual, dsb), peraturan dan panduan mengenai kerahasiaan, panduan untuk menangani pelecehan seksual dsb.
Akhirnya sekolah dapat membantu orang tua dan masyarakat dalam membentuk sikap mendukung terhadap kesehatan seksual remajadan dapat melakukan advokasi kebijakan yang mendukung Mengaitkan pendidikan seksualitas dengan lingkungan yang mendukung, mempermudah, aman dan penuh kasih sayang di luar sekolah serta butuh tindakan terhadap masyarakat. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan seksualitas dapat menjadi langkah pertama sekaligus sebagai pendidikan orangtua mengenai bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak mereka dalam perkembangan seksual dan kehidupan seksual yang sehat kapanpun dimulai.
Sekolah juga dapat mengaitkannya dengan kegiatan masyarakat yang relevan termasuk meningkatkan akses ke konseling, pelayanan kesehatan seksual serta membangun norma sosial yang mendukung, yang mengakui seksualitas kaum muda. Pada akhirnya, sekolah dapat membantu melakukan advokasi dengan kebijakan yang mendukung kesehatan seksual, baik bagi remajayang belum maupun sudah aktif seksual.
Promosi kesehatan melihat kesehatan sebagai fungsi dari individu dan lingkungan di mana mereka hidup di dalamnya. Pendekatan ekologis dari Promosi Kesehatan menunjukkan relasi antara pengambilan keputusan pribadi dan kebijakan nasional, dengan guru, administrasi sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, dan penentu kebijakan sebagai pengambil keputusan pada tingkat yang berbeda.
Dalam pendekatan ini, Perubahan Perilaku dapat digunakan untuk mendukung tokoh kunci di semua tingkatan agar membuat keputusan hidup sehat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memudahkan siswa sebagai sasaran utama dari tingkat yang paling rendah.
Jika siswa harus mengambil keputusan sendiri mengenai perilaku kesehatan seksualnya, maka perilaku guru harus sudah sedemikian rupa yang akan mempermudah intervensi pendidikan seksual berjalan secara efektif. Masalahnya mungkin saja guru tidak mampu berdiskusi mengenai seksualitas secara terbuka dan tidak berinteraksi dengan remajadengan serius. Maka pertanyaannya menjadi:
- Apakah yang menjadi faktor penentu perilaku guru ini?
- Apakah mereka kurang pengetahuan mengenai remajadan seksualitasnya?
- Apakah mereka mempunyai sikap terbuka terhadap remajadan seksualitasnya?
- Apakah mereka dipengaruhi secara negatif oleh lingkungan sosialnya (koleganya, orang tuanya, masyarakat, administrasi sekolah)?
- Atau apakah mereka kurang keterampilan dalam pendidikan interaktif dan bicara terbuka mengenai seksualitasnya?
- Jika anda mengetahui faktor penentu utama, maka intervensi dalam bentuk pelatihan guru dapat dikembangkan bersama dengan beberapa guru untuk mengatasinya.
Di tingkat berikutnya, masalah dapat berupa pihak administrator sekolah yang tidak mendukung guru, sehingga penyebab dari perilaku mereka haruslah jelas untuk mengetahui intervensi mana yang sangat tepat. Makin tinggi, tingkat per tingkat, intervensi dapat direncanakan dan dikembangkan dengan Perubahan Perilaku sebagai teori sentral untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memudahkan. Promosi Kesehatan membutuhkan kumpulan intervensi di setiap tingkatan seperti kesehatan dan pendidikan.