“Kendati perempuan berisiko lebih besar terpapar HIV-AIDS, tetapi peran pria dalam upaya penghentian penyebaran virus adalah sangat penting. Sehingga permasaahan perempuan dengan HIV-AIDS tidak akan terpecahkan tanpa bantuan dari kaum pria”  itu yang disampaikan oleh Sri Roviana, selaku Direktur Mitra Wacana pada acara Talkshow “Perempuan dan HIV-AIDS” yang diselenggarakan di Balai Pamungkas, 29 Juli 2008 pada pukul 15.30-17.00 WIB yang merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan dalam Expo Karya Perempuan di tempat yang sama.

Pada Expo yang rencananya akan berlangsung dari 28 Juli sampai 1 Agustus ini, PKBI menghadirkan sebuah talkshow, dimana narasumbernya ialah Gama Triono selaku Koordinator Divisi Pengorganisasian Remaja Jalanan PKBI-DIY dan Sri Roviana selaku Dir. Mitra Wacana serta dipandu oleh Nurul Hidayati sebagai relawan PKBI.

Acara talkshow tersebut dibuka dengan prolog mengenai persepsi AIDS yang berkembang di masyarakat dilanjutkan dengan pemberian definisi dari AIDS itu sendiri dan HIV, yang mana masyarakat masih banyak yang menganggap kalau keduanya ini adalah sama. Acara talkshow ini berbentuk sebuah obrolan santai yang menarik. Seperti di banyak kesempatan, di sini pun juga dijelaskan mengenai media dan cara penularan dari HIV-AIDS itu. Serta pembetukan stigma yang terlanjur berkembang..

Berdasar data yang diperoleh PKBI, jumlah pengidap HIV dan AIDS per 3 Juni 2008 ialah sebagai berikut. Untuk HIV sendiri sebanyak 370 dan AIDS sebanyak 531 orang. Tentu ini adalah angka yang besar, tapi ternyata ‘kecil’ mengingat fenomena yang terjadi ialah menyerupai gunung es. Sedang untuk data ini sendiri berdasar dari yang sudah memeriksakan diri sedang untuk kepastian jumlah penderitanya, masih belum ada data yang akurat.

Kurangnya pengetahuan yang mendasar mengenai penyebaran HIV-Aids menyebabkan banyak orang salah kaprah dan salah menyimpulkan. Sehingga banyak sekali stigma yang beredar dan merugikan kelompok tertentu. Seperti misalnya sumber HIV-AIDS yang diyakini berasal dari PSK. Pertanyaannya adalah, mengapa perempuan yang lebih berisiko terpapar? Dan perempuan di posisi mana yang lebih berisiko?

Untuk menjawab hal ini, Sri menjelaskan “ada beberapa hal yang membuat perempuan lebih rentan. Pertama, ialah perempuan dalam posisi sebagai pasangan seksual dalam hal ini istri, dimana seringkali tidak punya posisi yang kuat untuk menolak jika tidak memiliki kecakapan berkomunikasi, kedua secara medis disebutkan bahwa memang permukaan cairan vagina cukup lebar, sehingga resikonya lebih besar terpapar, ketiga ialah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga seperti pemerkosaan oleh suami yang justru kadang tidak disadari, keempat, di banyak lokasi konflik perang sering dijadikan media untuk menaklukkan daerah jajahan, kelima tidak lepas dari masalah kemiskinan dan yang terakhir ialah pada remaja jalanan yang seringkali mendapat pelecehan seksual dari berbagai pihak, seperti aparat, sesama remaja jalanan dan lain sebagainya”.

“jika seorang ibu terpapar HIV-AIDS, apakah anaknya sudah dipastikan juga tertular? Dan setau saya pertama kali AIDS ditemukan adalah pada seorang homo, kalau begitu bagaimana cara penularannya?” Tanya Anggra, salah seorang peserta talkshow.

Pertanyaan ini mendapat jawaban bahwa 25-30% memang dapat menularkan pada anak. Tetapi sekarang sudah ada terapi yang bisa mengurangi resiko tersebut, seperti menghindari persalinan normal dan menghindari pemberian ASI dan juga sudah ada sebuah program pencegahan penularan ibu pada anak, yaitu PMTCT. Dan memang pernah diberitakan bahwa kasus pertama yang ditemukan ialah kebetulan berasal dari seorang artis yang kebetulannya lagi, memiliki orientasi seksual sebagai seorang homoseksual, tetapi untuk mengetahui darimana terinfeksinya, tidak ada yang tahu karena seperti diketahui, ada berbagai media dan cara penularan. Hanya saja yang penting diingat ialah perbandingan ODHA antara penguna narkoba jarum suntik dengan yang melakukan hubungan seksual ialah 60:40%, dan angka 60% ini ialah untuk usia 19-29 tahun.

Yang paling menarik ialah sebuah pertanyaan dari peserta lain bernama Ayu yang menanyakan siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas penyebaran HIV-AIDS? Tentu saja tanggung jawab utama berada di tangan pemerintah, dari penyebaran informasi, berkembangnya stigma hingga pembuatan kebijakan sehingga nantinya akan menciptakan ruang yang mampu mencegah penyebaran HIV-AIDS, walaupun juga perlu dibantu dari berbagai pihak.

Di akhir acara, narasumber berpesan mengenai pentingnya sebuah kesetiaan terhadap pasangan, pentingnya penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual, pentingnya stop kekerasan pada ibu dan anak dan yang jauh lebih penting ialah HIV bukanlah sebuah penyakit mengerikan. (surya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *