Iklan-iklan
produk kecantikan, pemutih kulit, maupun pelangsing tubuh disiarkan
berulang-ulang sehingga mampu mempengaruhi alam bawah sadar perempuan untuk
membentuk diri seperti yang ada pada iklan tersebut. Perempuan cantik
digambarkan sebagai perempuan yang tinggi, langsing, berkulit putih, dan
berambut panjang lurus. Di luar itu tidak bisa disebut cantik. “Padahal untuk
dapat disebut cantik, perempuan tak perlu menyiksa diri dan menghabiskan banyak
uang untuk membeli produk kecantikan atau merawat diri ke salon. Namun
bagaimana perempuan bisa memahami tubuhnya dan menjaga kesehatan dirinya baik
secara fisik maupun psikis,” kata Elly Nurhayati, Direktur Rifka Annisa saat
memberikan sambutan pada acara talkshow kesehatan reproduksi perempuan dengan
mengambil tema ‘I Love My Body, Terimalah Tubuhmu Apa Adanya’ di Jogja Expo Center,
Minggu (8/3).

Acara
ini menghadirkan narasumber Nurhasyim, dr. Hasto Wardoyo, SpOG, bintang
tamu penyanyi Rieka Ruslan dan Iga Mawarni, dan moderator Inggrid Wijanarko. Nurhasyim mengatakan, konstruksi tentang cantik yang ada dalam masyarakat
tidak semata-mata soal tubuh, tetapi lebih karena relasi kuasa. Dalam
sistem patriarki laki-laki merasa lebih berkuasa atas perempuan sehingga
gambaran perempuan cantik disesuaikan dengan keinginan laki-laki. Di Indonesia
yang terdiri dari beragam suku bangsa, konsep perempuan cantik tidak sama
antara suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain. Di suku Dayak,
yang dianggap cantik, perempuan dengan lubang di daun telinga besar
dan menjuntai ke bawah karena dibebani banyak anting-antik. “Kita
tidak bisa menyamaratakan konsep perempuan cantik,” katanya.

Seperti membenarkan Elly, Dr. Hasto
Wardoyo, Spog mengatakan, untuk menjadi cantik tidak hanya
penampilan luar yang selalu diurusi. Banyak perempuan belum paham
tentang kesehatan organ reproduksinya. Pasien
perempuan sering meminta dicuci vaginanya agar menjadi keset. “Padahal di dalam vagina sudah ada bakteri yang bertugas mencuci dan
menjaga kelembabannya, sehingga tidak mudah terkena bakteri dari luar yang dapat
mengganggu kesehatan vagina,” ujarnya.

Persoalan cantik dalam juga dikatakan Rieka Ruslan. Kecantikan tidak hanya diukur dari penampilan luar, tetapi justru bisa dilihat ketika perempuan memiliki semangat untuk jujur melihat diri sendiri. “Semangat
untuk mampu mandiri dan menjadi diri sendiri,” katanya

Dari sinilah, Nurhasyim menyimpulkan, diperlukan adanya gerakan untuk mengubah konsep cantik yang selama ini dibentuk oleh kepentingan
dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. “Jadilah
perempuan cantik dengan konsep yang berbeda,” katanya.

Desi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *