Siapa sangka wajan yang biasa digunakan memasak, bisa dialihfungsikan menjadi antena menangkap sinyal nirkabel jaringan internet? Warga Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul, membuktikan keberhasilan cara kerja wajan modifikasi bernama Wajanbolic ini melalui program pengembangan internet desa yang dilakukan Radio Angkringan. “Banyak efisiensi yang saya raih dari pengembangan program internet desa ini. Warga yang lain juga merasakan efeknya, terutama para pengusaha kecil karena memiliki kesempatan memasarkan produknya lewat internet,” kata Joko Utomo, warga Timbulharjo, pengguna KUSIR-ANGKRINGAN, yang menjadi salah satu pembicara dalam Diskusi dan Sosialisasi Pengembangan KUSIR-ANGKRINGAN yang diadakan di RM Parangtritis, Sabtu (15/11).
KUSIR-ANGKRINGAN atau Komputer Untuk Sistem Informasi–Angkringan adalah jaringan informasi antar warga di desa Timbulharjo dengan teknologi jaringan komputer nirkabel. Jaringan ini berfungsi sebagai sarana berbagi koneksi internet sehingga harga langganan lebih murah. Menyediakan sarana dan prasarana teknologi informasi komunikasi dan pemberdayaan penggunanya oleh Radio Komunitas Angkringan.
Pada awalnya, media komunitas Angkringan berbentuk buletin cetak yang terbit mingguan. Media ini pertama kali terbit pada awal tahun 2000 dengan mengemban misi sebagai saluran informasi warga Timbulharjo. Karena begitu besarnya kebutuhan warga terhadap informasi, pengurus buletin segera meresponnya dengan membuat media baru berbentuk radio. Pada tahun 2005, Radio Angkringan bergabung dengan Saluran Informasi Akar Rumput (SIAR) sehingga memungkinkan Angkringan berbagi informasi dengan media komunitas lainnya melalui teknologi internet. Jaringan internet yang ada di Angkringan, selain digunakan untuk keperluan radio, juga digunakan oleh warga untuk keperluan lain. Dari sinilah muncul gagasan untuk menggelar jaringan internet di Desa Timbulharjo pada Agustus 2007.
Wajanbolic kemudian menjadi pilihan sebagai penerima dan penguat sinyal nirkabel yang dipancarkan Radio Angkringan karena selain murah, alat ini juga dapat dengan mudah dirakit sendiri dan secara fisik, antena berbentuk wajan ini telah akrab dengan keseharian warga desa sehingga mencitrakan teknologi internet bukanlah teknologi yang asing dan sulit dipelajari. Wajanbolic sendiri merupakan inovasi anak negeri yang pertama kali dikembangkan oleh Gunadi atau biasa dikenal dengan e-goen dan hingga saat ini telah banyak dikembangkan dan memiliki banyak variasi.
Pada awal proses pengembangan internet desa ini, kru Angkringan membuat prototipe wajanbolic dan mobile tower untuk memastikan bahwa gagasan mereka dapat diterapkan di Timbulharjo. Setelah proses uji coba, gagasan ini kemudian disosialisasikan kepada warga melalui rapat kampung, pertemuan karang taruna, dan siaran radio.
”Kru Radio Angkringan dibantu tim Combine Resource Institution (CRI) memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai bagaimana membuat wajanbolic, pengenalan macam-macam koneksi internet, mengatasi masalah saat proses pemasangan infrastruktur internet, dan sebagainya. Peningkatan sumber daya manusia dilakukan bersamaan dengan pengadaan peralatan melalui proses learning by doing,” kata Ambar Sari Dewi, pembicara pada diskusi tersebut.
”Selain itu, kami menerapkan sistem tidak boleh ada pohon yang ditebang dengan alasan untuk mendapatkan sinyal dari access point. Pohon yang ada justru bisa dijadikan sebagai tower. Selain murah, juga ramah lingkungan,” tambah Ambar. Access point Radio Angkringan sendiri dipasang pada tower BTS Telkomsel. Sampai Agustus 2008 telah terpasang 12 lokasi pelanggan internet di desa Timbulharjo. Hasil pembayaran akan dibelikan peralatan baru untuk dipasang di lokasi calon pelanggan baru, demikian seterusnya sehingga diharapkan akan makin banyak warga yang tertarik berlangganan internet melalui Angkringan.
galink