Perlunya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sebagai Mata Pelajaran Mandiri

Masih banyak mitos seputar kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Berenang di kolam renang dapat menyebabkan hamil, hubungan seksual pertama kali tidak akan hamil, atau loncat-loncat setelah berhubungan seksual dapat mencegah kehamilan merupakan beberapa mitos yang masih diyakini kebenarannya.

Berangkat dari hal tersebut, PKBI DIY sebagai lembaga yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi (kespro) menggagas dimasukkannya pendidikan kespro dalam kurikulum sekolah tingkat atas . Adanya kebutuhan informasi kesehatan reproduksi yang benar. Selama ini membicarakan masalah seks dianggap tabu. Orang tua khawatir anak-anaknya akan terjerumus ke dalam pergaulan yang salah bila mengetahui soal seks.

“Untuk itu kita menggagas pendidikan kespro bisa masuk ke dalam kurikulum sekolah,” kata Mukhotib MD, Direktur Pelaksana Daerah PKBI DIY, saat menyampaikan kata sambutan dalam acara Diseminasi Hasil Eksperimentasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi: Sebagai Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Umum di DIY, Kamis (10/7).

Hadir sebagai pembicara, Suharsih (PKBI DIY), Dra. Anis Farihatin, MPd (Forum Guru Pendidikan Kesehatan Reproduksi DIY), Nathalia Desi (Youth Forum PKBI DIY), dan Drs. Basiran (Dinas Pendidikan Nasional DIY).

Menurut Suharsih, pendidikan kespro di sekolah dilatarbelakangi oleh kesepakatan antarguru setelah pelatihan dan workshop pada Juli 2007. Workshop ini membahas pendidikan kespro yang akan dijalankan di masing-masing sekolah peserta. Pelaksanaan pendidikan kespro memang masih dalam tahap uji coba untuk menemukan tingkat keefektifitas pendidikan kespro sebagai mata pelajaran yang mandiri, bukan sebagai sisipan mata pelajaran lainnya.

Dra. Anis Farihatin, M.Pd., perwakilan Forum Guru Pendidikan Kesehatan Reproduksi DIY, menyatakan mata pelajaran pendidikan kespro belum mendapat tempat di sekolah. Pihak sekolah beralasan, sudah tercakup dalam mata pelajaran lain seperti biologi, olahraga dan kesehatan, dan bimbingan konseling. Padahal kondisi pergaulan remaja sangat memprihatinkan. Mereka mencoba mencari sendiri informasi tentang seks melalui teman atau internet. Akibatnya, banyak yang terjerumus dalam perilaku negatif. Banyaknya siswi mengalami kehamilan tidak dikehendaki, dan mengakibatkan putus sekolah, melakukan aborsi tidak aman, maupun dikucilkan.

“Kami, guru-guru yang tergabung dalam Forum Guru Pendidikan Kesehatan Reproduksi DIY mengadakan beberapa kegiatan antara lain workshop, pengayaan rutin setiap bulan, dan monitoring pelaksanaan pendidikan kespro di sekolah,” ujarnya.

Beberapa hambatan Pendidikan Kespro salah satunya belum ada keterpaduan antarlembaga yang mengangkat isu kespro.

”Saya melihat banyak sekali lembaga atau instansi pemerintah yang mempunyai program pengembangan pendidikan kespro, antara lain PKBI, BKKBN, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Departemen Pemuda dan Olahraga, serta Badan Narkotika baik di tingkat nasional, propinsi, dan kota. Namun sayangnya, belum ada keterpaduan antarlembaga tersebut. Saya berharap, pihak pengambil kebijakan mendukung masuknya pendidikan kespro dalam kurikulum sekolah,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *