Perubahan Iklim dan Kedaulatan Perempuan

Isu perubahan iklim terus menguat dan memengaruhi berbagai kebijakan negara-negara dunia dalam menghadapi risiko-risikonya. Indonesia menghadapi tantangan perubahan iklim yang memiliki dampak luar biasa terhadap kehidupan dalam berbagai situasi. Diperlukan adaptasi perubahan iklim secara sistemik dan terencana dalam melakukan mitigasi dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan iklim, dan membangun sinergi antara pemerintah, swasta dan gerakan masyarakat sipil.

Dampak perubahan iklim menjangkau hampir semua dimensi penghidupan, misalnya, kegagalan panen memengaruhi kehidupan masyarakat yang menggantungkan mata pencahariannya pada sumber daya alam; petani, nelayan, dan masyarakat di sekitar hutan.

Dampak lain, seperti bencana alam banjir, kekeringan berkepanjangan, dan bencana alam lainnya, akan memengaruhi status kesehatan masyarakat, kemunduran ekonomi, kekurangan air bersih, munculnya berbagai penyakit, dan hilangnya tempat tinggal yang layak.

Pada situasi ini, perempuan dan penyandang disabilitas mendapatkan dampak terberat dalam situasi yang terjadi akibat perubahan iklim. Sebab utamanya, mereka tak memiliki akses dan kontrol dalam pengelolaan sumber daya alam yang menjadi akar masalah perubahan iklim. Misalnya, pembukaan hutan baru sebagai lahan perkebunan secara jor-joran untuk mengejar kuntungan ekonomi semata-mata, tanpa mempertimbangkan keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

Agenda-agenda adaptasi dan membangun kedaulatan perempuan menjadi upaya dalam meningkatkan penyesuaian dan ketangguhan perempuan dan penyandang disabilitas dalam menghadapi dampak perubahan iklim sehingga bisa berkurang daya rusaknya, dan mampu menciptakan peluang dari perubahan iklim.

Ketidakhadiran perempuan dan penyandang disabilitas pun tampak dalam proses-proses merumuskan rancang bangun mitigasi dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan iklim. Akibatnya, kebutuhan dan kepetingan perempuan dan penyandang disabilitas pun tak bisa muncul dengan jelas dalam agenda-agenda penurunan risiko perubahan iklim.

Perempuan dan penyandang disabilitas dengan demikian akan menerima beban paling berat dari perubahan iklim karena tidak ada peluang yang memberikan kesempatan bagi mereka dalam menghadapi perubahan iklim dan risiko-risikonya.

Upaya melakukan penguatan posisi perempuan dan penyandang disabilitas dalam menghadapi perubahan iklim merupakan agenda strategis, tak hanya menguntungkan bagi perempuan dan penyandang disabilitas, tetapi bagi keluarganya, dan kehidupan secara umum dalam masyarakatnya. (mmd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *