Sejak didirikannya tahun 1957 sampai sekarang, komitmen dan keberpihakan PKBI tetap pada persoalan reproduksi yang dihadapi perempuan. Berbagai program yang dikembangkan berfokus pada pemenuhan hak-hak reproduksi dan sesksual perempuan. Penguatan komunitas pasangan usia subur di Kabupaten Kulonprogo merupakan bagian penting dalam program Perkumpulan, tidak saja untuk menjadikan perempuan sebagai subyek perubahan, teapi juga untuk melibatkan laki-laki dalam problem kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan. Hal ini berkembang dalam diskusi bersama Pengurus Harian Cabang (PHC) PKBI Kabupaten Kulonprogo, kemarin (12/11).

Budi Wahyuni, Ketua Pengurus Harian Daerah (PHD) PKBI DIY, menegaskan kecerdasan para pendiri Perkumpulan ini sungguh-sungguh harus dihargai karen memiliki cara pandang yang berbeda dari negara. Mereka memikirkan bagaiamana Perkumpulan harus bisa menjalankan programnya tidak saja bersifat charity, tetapi juga harus melakukan advokasi. “Ini juga yang membuat berbeda dengan NGO lainnya,” katanya.

Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi, kata Mukhotib MD, Direktur Pelaksana Daerah (Dirpelda) PKBI DIY, merupakan satu bentuk kritik terhadap kebijakan negara yang belum sungguh-sungguh memperhartikan kesehatan reproduksi perempuan. Belum lagi soal perempuan yang mengalami kekerasan, dipaksa melakukan pernikahan di bawah umur, yang bisa mengakibatkan kanker rahim. “Kita memberikan perhatian yang serius terhadap soal ini,” ujarnya.

Mukhotib MD, juga meminta kepada jajaran PHC Kabupaten Kulonprogo untuk mengembangkan secara terus menerus pemeriksaan dini kanker rahim baik menggunakan model papsmear maupun IVA. Untuk mempromosikannya, PKBI bisa bekerjasama dengan media komunikasi yang ada. “Dalam laporannya, PKBI Kulonprogo sudah bekerjasama dengan radio komunitas. Ini gagasan yang sangat menarik, karena radio komunitas sangat dekat dengan masyarakat sebagai pemiliknya,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *