Dalam rangkaian kunjungannya ke Afrika,
Pope Benedict XVI menyatakan penggunaan kondom sebagai alat
pencegahan HIV dan AIDS di Afrika merupakan kesalahan dan sebagaimana
direlease oleh BBC News (17/3) dan malah memperburuk situasi seperti
direlease The Washington Post (18/3). Pernyataan kontroversial ini
mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak baik dalam skala nasional
maupun internasional. Global Network of People Living with HIV/AIDS
(GNP+) dan the International Network of Religious Leaders Living with
or personally Affected by HIV and AIDS (INERELA+), dalam releasenya
menolak statemen tersebut dan menyatakan kondom masih tetap sebagai
penting sebagai upaya pencegahan HIV.
Dalam release bersamanya, GNP+ dan
INERELA+, menyatakan kondom merupakan sesuatu intergral dan esensial
dalam pencegahan dan program perawatan HIV dan AIDS. Mereka
menyatakan penyesalan yang mendalam atas pernyataan Pope, tragedi
AIDS tidak bisa diselesaikan hanya dengan uang, tidak bisa diatasi
melalui distribusi kondom, yang justru akan meningkatkan problem
saja.
Menurut Rev. JP Mokgethi-Heath,
Acting Executive Director INERELA+, tidak melakukan hubungan seks dan
perilaku saling setia memang memiliki arti penting dalam mengurangi
penyebaran HIV melalui hubungan seks, tetapi bagaimanapun harus
dipromosikan dalam strategi pencegahan yang komprehensif, termasuk
semua metose yang efektif. “Kondom merupakan bagian sensial dalam
strategi menyeluruh ini,” katanya.
Kevin Moody, Koordinator Internasiolan
dan CEO GNP+ menyatakan, kondom merupakan alat esensial dalam
mempromosikan, mencapai dan mempertahankan kesehatan seksual dan
repropduski bagi setiap orang, termasuk mereka yang hidup dengan HIV.
Setelah seperempat abad lebih sejak epidemik ini, sangat menyedihkan
ketika kita masih berdebat apakah menggunakan atau tidak menggnakan
kondom sebagai bagian dari upaya pencegahan.
Kesimpulan-kesimpulan
dari riset yang luas di antara pasangan heteroseksual yang salah
satunya HIV positif menunjukkan, saat mereka menggunakan kondom
dengan benar dan konsistem secara signifikan mengurangi resiko
penularan HIV dari laki-laki ke perempuan, demikian juga dari
perempuan ke laki-laki. Dalam riset yang dilakukan GNP+ dengan
pasangan yang serodiscordant di Afrika Selatan, Tanzania and dan
Ukraina, mayoritas pasangan menunjukkan penggunaan kondom yang
konsistem sebagai strategi mereka dalam melakukan hubungan seks yang
lebih aman.
Sementara proses pencarian teknologi baru untuk
pencegahan HIV seperti microbicides and vaksin terus mengalami
kemajuan, peningkatan akses kondom laki-laki dan perempuan, kondom
menjadi esensial dalam menanggapi kebutuhan pencegahan HIV bagi semua
orang. Perlu ditambahkan, untuk meningkatkan ketersediaan dan
aksesibilitas kondom, pencegahan HIV mensyaratkan adanya pendekatan
komprehensif yang mencakup informasi yang akurat, akses terhadap test
HIV, alat-alat pengurangan dampak buruk, melawan stigma dan
diskriminasi, menegaskan sikap komunitas beriman, dan menjamin
adanya hukum dan lingkungan yang kondusif bagi mereka yang hidup
dengan HIV.[]