Tantangan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mendatang semakin berat. Pada level organisasi, pengembangan Pengurus Cabang masih tetap menjadi catatan panjang. Pada level program isu seksualitas masih mendapat penolakan keras dari kalangan agama. “Tantangan ini yang harus kita renungkan bersama,” kata Drs, Urip Bahagia, Sekretaris Pengurus Harian Daerah (PHD) PKBI DIY saat memberikan kata sambutan dalam Rapat Pertemuan Daerah (RPD) 2012 di Hotel Abadi Yogyakarta, pekan silam.
Hadir dalam acara ini, dr. Sarsanto Wibisono Sarwono, Ketua Pengurus Harian Nasional (PHN) PKBI Pusat, Budi Wahyuni, Ketua PHD PKBI DIY, Maesur Zacky, Direktur Eksekutif Daerah, pengurus dan pelaksana level Daerah dan Cabang.
Menurut Urip Bahagia, RPD merupakan forum untuk melakukan review perkembangan organisasi dan program. Sehingga selain pemaparan perkembangan PKBI DIY juga akan dipaparkan perkembangan PKBI Cabang. “Dan dari papaparan ini kita dapat merumuskan rencana strategis ke depan,” katanya.
Berbagai kegiatan yang dikembangkan pada level Cabang cukup beragam. Seperti yang dilaporkan Ani, Ketua PHC PKBI Kabupaten Sleman. Kegiatan PKBI Cabang Sleman, misalnya, turun lapangan, pertemuan rutin kader, dan temu warga yang dilaksanakan setiap bulan. Penguatan organisasi berbasis komunitas juga dikembangkan, dengan melakukan pelatihan manajemen, advokasi, dan mobilisasi sumberdaya. “Untuk kampanye kita melakukan pelatihan koran desa. Hasilnya, kita sudah memiliki koran dengan nama TRIPanca,” kata Ani.
PKBI Cabang Sleman juga mengembangkan gerakan mempengaruhi kebijakan dengan melakukan intervensi perubahan platform parpol, workshop platform parpol, dan pendampingan eknis, agar kebijakan-kebijakan partai menjadi sensitif jender dan memberikan perhatian terhadap persoalan kesehatan reproduksi.
Dalam layanan kesehatan, PKBI Cabang Sleman, mengembangkan jaringan kerja untuk PMTCT, Pemeriksaan IVA dan ICT, serta terlibat aktif dalam Pertemuan Strategi Rencana Aksi Daerah Kabupaten Sleman untuk penanggulangan HIV dan AIDS.
Sementara itu, dari PKBI Cabang Kulonprogo, juga menyampaikan kegiatan yang hampir sama. Selain itu juga melakukan pengembangan kegiatan pendampingan 3O desa peduli Kesehatan Reproduksi. “Kita juga mendampingi 11 sekolah dengan 3 relawan,” kata Dewantoro, Ketua PHC Kabupaten Kulonrpogo.
Menurut Dewantoro, saat ini PKBI Cabang Kulonprogo juga sedang merintis pelayanan klinik untuk masyarakat umum. “Masih rintisan jadi pengelolaan dilakukan pengurus,” katanya.
Sedang tantangan yang dihadapi setiap PKBI Cabang tidak jauh berbeda. Misalnya, keterbatasan relawan dan pengurus tidak aktif. Menghadapi persoalan ini, Ani mengusulkan agenda strategis organisasi ke depan, melakukan rekrutmen relawan, termasuk pelatihan relawan bagi kader desa. “Pendataan ulang relawan, termasuk pengurus juga sangat penting,” ujarnya.
Dr. Sony—sapaan akrab dr. Sarsanto Wibisono Sarwono, Ketua PHN PKBI Pusat, mengatakan problem terbesar PKBI di mana-mana, kurangnya melakukan pencatatan relawan. “Baru dilatih relawannya hilang,” katanya.
Mengaktifkan pengurus juga menjadi kendala tersendiri. Sony melihat kegiatan pada level Cabang sangat banyak, tetapi pengurusnya justru sulit untuk dikumpulkan. “PKBI pusat ada keinginan mendata pengurus PKBI Daerah di seluruh Provinsi. Mustinya kalau kita mulai dari Yogya, moga-moga bisa kembali ke pusat,” katanya.
Sikap responsif dari PKBI Daerah juga penting untuk dipikirkan. Kalau tidak, akan banyak agenda yang justru terkendala secara internal. “Sleman kan ingin secepatnya diangkat Direktur, Kulonprogo izin buka klinik,” katanya. (Mukhotib MD)