Jumlah orang difabel.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memuat perkiraan jumlah orang difabel mencapai 10% dari jumlah penduduk dunia. Di Negara-negara berkembang, diperkirakan jumlah orang difabel mencapai angka 30% dari penduduk setiap Negara. Jika perkiraan ini diturunkan pada tingkat nasional, jumlah orang difabel di Indonesia mencapai angka 82 juta dari 250 juta penduduk, dengan asumsi Indonesia berada dalam kategori negera berkembang.
Perbandingan difabel bawaan dan yang didapat setelah lahir.
Menurut data yang dimuat dalam situs disabled-world.com. difabel yang didapatkan setelah lahir lebih besar jumlahnya diperkirakan mencapai 97% dibandingkan difabel bawaan sejak lahir. Pada tahun 2015 jumlah orang difabel di seluruh dunia diprediksi mencapai 800 juta orang padahal tahun 2009 sebanyak 605 juta orang. Dengan demikian, dalam kurun waktu 6 tahun diperkirakan meningkat sebanyak 150 juta orang.
Hambatan yang dihadapi orang difabel.
Dalam kehidupannya orang difabel selalu menghadapi hambatan. Misalnya penolakan partisipasi penuh dalam pengambilan keputusan, stigma yang terus dilanggengkan keterbatasan akses layanan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Dari sisi bangunan fisik, gedung-gedung dan jalan sebagian besar memiliki aksesibilitas rendah dan bahkan sebagian lainnya tak aksesibel sama sekali.
Hambatan mengakibatkan peminggiran dan diskriminasi.
Berbagai hambatan yang dihadapi difabel, khususnya perempuan dan anak perempuan, menjadikan mereka mengalami peminggiran, diskriminasi dan pemiskinan dalam lingkar kehidupan.
Kerentanan terkait Kesehatan Reproduksi dan seksual.
Kerentanan perempuan dan anak perempuan difabel semakin tinggi berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksual. Meskipun perempuan dan anak difabel memiliki kebutuhan yang sama dengan perempuan non difabel.
Faktanya, kebutuhan dan kepentingan perempuan dan anak perempuan difabel lebih terabaikan, bahkan seringkali terjadi pelanggaran. Misalnya dalam hal mendapatkan informasi dan layanan kesehatan reproduksi dan seksual. Masyarakat dan penyedia layanan kesehatan kerap kali melakukan pengabaian, menjadikan semakin besar halangan yang dihadapi perempuan dan anak difabel.
Kesehatan Reproduksi dan seksual bagi remaja difabel.
Persoalan menjadi semakin kompleks. Ketidaktersediaan informasi kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja dan orangtua dari remaja difabel membuat mereka tak memahami dan tidak mengetahui dengan benar tubuh, organ, fungsi dan system reproduksinya.
Sumber : Lembaga SAPDA.2015.Panduan bagi Orangtua dan Pendamping “Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja dengan Disabilitas”.