Memastikan Relasi Politik Gerakan Perempuan

Momentum Hari Perempuan Internasional
2009, dijadikan pijak bergerak bagi aktivis gerakan perempuan di
Indonesia untuk melakukan dukungan secara massal terhadap proses
pencalonan perempuan menjadi anggota parlemen dalam Pemilihan Umum
2009 mendatang. Tentu saja ini menarik untuk diikuti, karena
menunjukkan babak baru dukungan organisasi masyarakat sipil di
Indonesia dalam proses politik secara langsung. Sebuah sikap yang
selama ini cukup sulit diambil karena hitung-hitungan politik yang
rumit berkait dengan pertaruhan nama lembaga dan catatan-catatan
jejak organisasi secara politis.

Tetapi terlibat langsung dalam dukungan
politik merupakan pilihan tepat bagi gerakan perempuan di Indonesia
dalam momentum Pemilihan Umum 2009 kali ini. Setidaknya, merujuk pada
pengalaman tahun-tahun sebelumnya, fenomena yang terjadi, gerakan
perempuan tidak memiliki kekuatan apapun terhadap perempuan yang
berhasil duduk di parlemen. Pasalnya, gerakan perempuan memang tidak
memiliki investasi apapun secara poliris terhadap keberhasilan
perempuan menduduki kursi parlemen. Relasinya, lantas tidak mewujud
dalam sebuah mekanisme struktural-politis, melainkan hubungan
bersifat personal dan moral semata-mata.

Kita melihat, dukungan langsung secara
politis dalam proses kampanye pencalonan perempuan menjadi anggota
legislatif oleh gerakan perempuan memiliki nilai strategis. Relasi
yang terbangun dengan anggota parlemen yang kelak terpilih akan
menjadi struktural dan memiliki ikatan kuat yang terlembagakan.
Relasi ini akan memberikan keuntungan bagi agenda-agenda gerakan
perempuan untuk menginisiasi lahirnya berbagai kebijakan publik yang
sensitif jender, pro terhadap perjuangan perempuan dan menghadang
berbagai kebijakan yang bersifat diskriminatif dan menghalang-halangi
kemajuan perempuan.

Persoalan-persoalan keterpurukan
perempuan, tingginya kematian perempuan akibat gangguan pada organ,
sistem dan fungsi reproduksi, termasuk persoalan kehamilan yang tidak
diinginkan, kekerasan terhadap perempuan, perdagangan perempuan dan
pengabaian hak-hak perempuan lainnya akan mungkin bisa diatasi.
Peningkatan anggaran kesehatan, spesifik kesehatan reproduski
perempuan bisa diharapkan kenaikannya pada anggaran belanja negara.
Ketertinggalan perempuan dalam berbagai bidang, pendidikan dan
teknologi informasi akan bisa mulai dikembangkan strategi
pemecahannya secara spesifik pula.

Nilai strategis lainnya, dengan
dukungan langsung terhadap perempuan calon legislatif tanpa memandang
partai politik induknya akan memberikan efek pada ikatan kuat di
kalangan perempuan yang berhasil memenangkan Pemilu 2009 mendatang.
Ikatan antar perempuan di parlemen yang lintas partai politik akan
membangun sebuah mekanisme saling melindungi manakala di antara
mereka kelak mendapatkan perlakuan tidak adil dari partai politik
induknya. Misalnya dalam kasus terjadinya recall karena dinilai tidak
memberikan keuntungan bagi partai politik atau merugikan partai
politik karena memiliki sikap berbeda dengan kebijakan partai dalam
soal perjuangan gerakan perempuan. Dalam situasi ini, gerakan
perempuan juga bisa langsung memberikan dukungan dengan melakukan
advokasi terhadap partai politik yang melakukan tindak diskriminasi
maupun ketidakadilan terhadap perempuan anggota parlemen.

Kita melihat, dalam perkembangan
sekarang ini, yang dibutuhkan mengembangkan strategi-strategi jitu
secara bersama-sama antara gerakan perempuan dan para perempuan calon
legislatif untuk mendapatkan kemenangan dalam Pemilu 2009 mendatang.
Strategi menyeluruh yang mampu membangun kepercayaan terhadap calon
legislatif. Meskipun akana menghadapi berbagai hambatan kultural,
seperti pandangan miring terhadap perempuan karena nilai-nilai
tradisi maupun agama yang belum memberikan nilai seimbang terhadap
perempuan, tetapi strategi jitu yang dikembangkan akan mampu mencari
jalan keluarnya.

Karenanya, kita melihat,
kekecewaan-kekecewaan, kekhawatiran-kekhawatiran, tentang kebijakan
politik mengenai pelaksanaan Pemilihan Umum, terutama berkaitan
dengan suara terbanyak ataupun nomor urut, merugikan atau
menguntungkan perempuan sudah tidak saatnya untuk mendapatkan tempat
dalam waktu-waktu sempit kali ini. Pengerahan berbagai pengalaman
gerakan perempuan di Indonesia akan mampu menemukan jalan lepang
untuk mendorong keberhasilan perempuan menduduki kursi parlemen yang
diharapkan secara sungguh-sungguh akan memiliki pengaruh dalam
berbagai kebijakan di negeri ini bagi pemajuan hak-hak perempuan.

Kita menyambut baik, mendukung
sepenuhnya gerakan perempuan untuki terlibat langsung dalam
pencalonan perempuan menjadi anggota parlemen, dengan secara
substansial mengabaikan partai politik induknya. Penggarisbawahan
penting dilakukan, dukungan terhadap perempuan calon legislatif
lintas partai, bukan dukungan terhadap partai politik para perempuan
calon legislatif, harus tetap menjadi etik yang dipegangi secara
bersama-sama. Simpul ini yang akan mampu mempertahankan
keberlangsungan kerjasama untuk masa-masa mendatang.

Persoalannya kemudian, bagaimana ikatan
kerjasama ini mampu terkawal dan perempuan yang duduk di partai
politik tetap bersedia mewujudkan kehendak-kehendak bersama harus
dirumuskan pula sejak dini. Bukan kita hendak mencairkan kembali
semangat yang sudah terbangun dalam proses dukungan langsung secara
politis ini, tetapi sekedar memberikan rambu-rambu, agar semua
kerjasama ini tidak melahirkan berbagai persoalan di masa mendatang.
Kita tidak mungkin memberikan hukuman atau sanksi, manakala
perempuan-perempuan yang duduk di parlemen lantas tidak lagi
mengabaikan kesepakatan-kesepakatan secara lisan dan normatif. Di
sini sesungguhnya titik krusial yang secara jelas dan terbuka harus
didiskusikan, sebelum segala terlanjur berjalan.[]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *