Kesehatan reproduksi dan seksual merupakan hak dasar manusia, maka harus diakui, dilindungi, dan setiap orang harus dipastikan mendapatkannya. Pengetahuan tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi merupakan hak setiap warga Negara, harus dimiliki oleh seluruh warga Negara termasuk anak-anak. Pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi merupakan satu upaya nyata dalam pencegahan Angka Kematian Ibu di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh dr. H. HASTO WARDOYO, Sp.OG (K) dalam seminar “Upaya Pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) Bagi Remaja, Ragam Identitas dan Perempuan di Kabupaten Kulon Progo”, di Gedung Kaca, Komplek Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo, (17/4) lalu.
Seminar diselenggarakan oleh PKBI Kulon Progo, bekerjasama dengan Mitra Wacana, Rifka Anisa dan AKSARA tersebut dihadiri oleh 160 orang perwakilan dari SKPD, ormas, forum remaja, forum guru, kader desa dan tokoh masyarakat. Hingga tahun 2015, AKI Indonesia meningkat tajam, memupus mimpi besar untuk mencapai target MDG’s sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Alih-alih mendapatkan hasil bagus, Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Ibu Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI mencapi 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Upaya pencegahan AKI harus dilakukan sejak dini, dengan memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-anak, terutama remaja sekolah melalui modul kesehatan reproduksi yang komprehensif oleh guru terlatif yang mampu memberikan materi tentang kesehatan reproduksi kepada peserta didik. Dengan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja sekolah, mereka akan mendapatkan bekal untuk melindungi diri dari kekerasan seksual tersistematis dan terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan. Perkawinan dini merupakan penyebab meningkatnya potensi risiko perempuan terinfeksi kanker mulut rahim.
“PKBI, peran dan kiprahnya di masyarakat KP itu sangat penting. Hari ini, AKI dan AKB meningkat di Indonesia, sekalipun di DIY tidak. Satu faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu dan bayi adalah kawin usia muda, dan gagalnya kontrasepsi. Banyak ibu yang tidak ingin memiliki anak, tapi tidak pakai KB. Upaya yang esensial, itu seperti yang dilakukan PKBI, melakukan sosialisasi pendidikan kespro (kesehatan reproduksi) sebagai prevensi”, papar dr. Hasto.
PKBI memiliki komitmen dalam mengupayakan pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja, perempuan dan komunitas yang dimarjinalkan. Mulai dari pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif, juga layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja dan perjuangan identitas. Untuk pendidikan kesehatan reproduksi, PKBI DIY sudah melakukan untuk SMP dan SMU, dan saat ini sedang mengembangkan modul untuk anak-anak usia dini.
Gama Triono, direktur eksekutif daerah PKBI DIY mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi merupakan upaya nyata dalam mencegah meingkatnya AKI di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. “PKBI DIY bekerjasama dengan forum guru dan forum remaja mengembangkan pendidikan kesehatan reproduksi komprehensif untuk peserta didik SMP dan SMU dan juga memberikan layanan kesehatan seksual dan reproduksi remah remaja. Sebagai perlindungan awal, pendidikan kesehatan reproduksi komprhensif merupakan satu upaya nyata memberikan bekal pengetahuan bagi remaja untuk melindungi diri dan menghargai hak orang lain. Bagi remaja yang mengalami risiko reproduksi dan seksual, mereka bias mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja di klinik PKBI DIY secara gratis!” ungkapnya.
Dukungan dari peserta didik dan orang tua
Pendidikan kesehatan reproduksi komprehensif bagi remaja sekolah mendapatkan dukungan dari forum remaja di Kulon Progo. Erna, perwakilan dari Forum Remaja Kulon Progo menyampaikan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi memberikan bekal kepada remaja dalam menghadapi perkembangan jaman dan mempersiapkan keluarga yang bertanggungjawab. Forum remaja mengikuti pendidikan kesehatan reproduksi di sekolahnya dan membangun organisasi remaja untuk memperjuangkan hak kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja ragam identitas.
“Kami mendukung pendidikan kespro (kesehatan reproduksi-red) dan mengajak agar remaja di Kabupaten Kulon Progo bersama dengan Forum Remaja Kulon Progo menyerukan : (1) Memperjuangkan isu kespro remaja masuk ke dalam pendidikan lokal. (2) Memperjuangkan hak pendidikan bagi siswi korban KTD. (3) Memperjuangkan layanan kesehatan yang ramah remaja. (4) Melibatkan remaja dalam keputusan yang diambil pemerintah terkait remaja”, lanjutnya.
Forum Orang Tua peduli Kespro diwakili oleh ibu Rini, menambahkan bahwa untuk mencegah risiko reproduksi dan seksual pada remaja, orang tua harus mendukung pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, berperan aktif dan membuka luas ruang komunikasi dengan anak-anaknya. “Dengan adanya kasus-kasus kekerasan maka sangat mendesak bahwa pendidikan kespro (kesehatan reproduksi-red) dimasukkan dalam pendidikan formal”, paparnya.